19 Juni 2009

Save The Best for Last

Kali ini, saya akan mengajak sahabat bloggers semua untuk sedikit berimajinasi dengan membayangkan apa yang akan kita lakukan pada "sepiring nasi" yang akan kita santap pada saat makan nanti:

Di atas piring nasi ada jatah makan anda (entah itu makan siang/makan malam); sejumput nasi, sayur bayam, sepotong tempe, sekerat daging rendang dan beberapa keping kerupuk udang. Kira-kira, jenis makanan apa yang paling akhir anda nikmati? Mungkin di antara menu makan siang itu, ada makanan yang anda tidak suka, dan oleh sebab itu, tidak anda santap sama sekali. Tapi yang hampir pasti terjadi, jenis makanan yang paling enak menurut anda adalah makanan yang paling akhir anda santap. Sesuap demi sesuap, semua jenis makanan itu mulai anda santap. Sampai akhirnya, yang terakhir anda habiskan adalah potongan terakhir dari jenis makanan yang paling anda sukai. Entah itu daging, tempe, sayur bayam atau kerupuk udang. Hmmmm betapa nikmatnya menikmati suapan terakhir. Dan kenikmatan itu hilang bila makanan yang anda sisakan tidak berhasil anda nikmati kelezatannya akibat terjatuh atau diambil orang lain—anak atau istri anda.

Pengalaman makan seperti di atas sangat paralel dengan perilaku orang-orang sukses. Mereka mentransfer perilaku makan mereka ke dalam skala yang lebih besar. Bukan hanya sekedar pengalaman makan, tetapi pada kehidupan secara keseluruhan. Mereka sering merelakan diri untuk menikmati pekerjaan yang berat, menyisakan sebagian besar penghasilan untuk masa depan, bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan serta menelusuri perjalanan yang menanjak dan penuh onak. Hanya dengan satu tujuan; suatu saat mereka bisa menikmati hasil kerja keras mereka. Yaitu suatu kenikmatan atau rasa bangga dan bahagia atas apa yang telah berhasil di raihnya. Prinsipnya adalah:

Save the best for lessMenyisakan yang terbaik untuk dinikmati paling akhir

Sementara itu, orang gagal berperilaku sebaliknya. Mereka menikmati kesenangan di awal karirnya, sehingga di sisa umurnya mereka dipaksa oleh kehidupan untuk menikmati kegetiran. Berapapun besarnya gaji, dalam pikirannya hanya ada kata "habiskan!". Kalau ada waktu luang, "hamburkan! atau sia-siakan!".
Karirnya yang cenderung stagnan, dilampaui oleh orang-orang yang lebih muda, uang pensiun yang rendah serta himpitan kebutuhan hidup yang semakin mencekik adalah sebagian akibat yang harus dihadapi oleh orang-orang yang memilih menikmati kehidupan lebih dini atau terlena dan terbuai kenikmatan di awal perjalanan.

Karunia terbesar dari Allah untuk manusia adalah kemampuannya untuk menentukan pilihan. Saat ini anda boleh memilih; mau jadi orang sukses atau orang gagal! Anda sendirilah yang harus memilih satu di antaranya, karena andalah yang akan menjalani hidup dan akan menikmati hasilnya kelak.

Wallaahu A’lam

29 komentar:

umi rina mengatakan...

Save the Best for Last ya Bunda...:)

Kebanyakan generasi sekarang yang berprinsip "Hidup sekali untuk bersenang-senang, buat apa bersusah-susah?".
Padahal kehidupan dunia tidaklan abadi, ada kehidupan abadi setelah kematian. Adalah pilihan kita untuk mengisi dan berusaha sekuat tenaga dan menggapai yang terbaik di akhir nanti...

DUNIA POLAR mengatakan...

ya semoga aja kita semua mnjd orang sukses bukan orang gagal.aminnn...

Seno mengatakan...

Ada guyonan, anak sekarang itu maunya Muda Foya-foya, Tua Kaya Raya, Mati Masuk Sorga, padahal kalau diawali dengan foya2 tujuan kedua dan ketiga tidak akan tercapai ya Bun.

Semoga kita semua bukan termasuk orang yang gagal.

Anonim mengatakan...

mba penny....mungkin bener kata umi rina, "save the best for last" :)

filosofi sederhana yg didapat dr prilaku sehari2 yg kadang luput oleh pengamatan...abis baca artikel mba penny baru deh, "hmmm...bener juga yahhh....." hihihihi....

Gerlnich mengatakan...

Memank thu,..
Lam kenal..
Visit Back

ellysuryani mengatakan...

Nice posting. Apalagi kalau, save the best for me, hehe.........

Unknown mengatakan...

Saya memilih untuk jadi orang sukses tentunya Bund
dan untuk itu saya harus bekerja keras mewujudkannya

rayearth2601 mengatakan...

hmmm, jadi pengen makan nasi bu

wkwkwk

JO mengatakan...

ya ampunn jeng, aku jadi kangen mau pulangg liat nasi dibakul gituh

Lia mengatakan...

Jadi laper nih mbak Penny :)

mama hilda mengatakan...

duh menu diatas yang saya santap terakhir kayaknya tempenya mbak hihihi..maklum makanan langka, kalaupun ada kudu berjuang membuat sendiri yang belum tentu jadi hehehe..

berakit-rakit ke hulu bersenang kemudian ya, kenikmatan menjadi lebih nikmat dengan jerih payah yang maksimal ya mbak..nice post

reni mengatakan...

Setuju banget dg mbak Penny..!
Nice post..!

penny mengatakan...

@Umi Rina: upsss... salah tulis ya?? hihhi jadi malu. thanks for correction nya ya...
@Seno: iya.. maunya enaknya aja ya?? heheh
@rHeeaz: hihii jadi malu salah ketik nih.. langsung dikoreksi dah..
@Newsoul: I'll save the best for you deh mba
@JengSri: lha kangen pulang kok cuman karena bakul nasi aja, rugi diongkos ntar jeng

e.L.T.y.a.g.a mengatakan...

wah kebalik dong saya...
dari pengalaman yang sudah², saya memilih yang enak dimakan duluan...awal²nya sih 'save d best 4 d last' juga...gara² sering pas enak²nya makan tiba² piringe kesenggol anak² main, jatuh...batal deh makan enak...
pernah juga baru makan dikit, tau² ada yang datang trus sambil nyomot lauk di piring bilang "lho kamu ngga doyan ayamnya ya...kok masih utuh?"
waaa...kapan bisa makan enak kalo gini...hihihihihiiii...

Awal Sholeh mengatakan...

setuju bunda. hidup tak ada yg abadi. kayak peterpan aja. yambung ke nasi tadi bahaya bisa buat warga indonesia jadi ketagihan kayak narkoba. ntar2 makan pake nasi. kalo gak makan nasi bisa bikin lemes, bisa kurus, sakit hingga menjadi kematian karena kekurangan n gak makan nasi. he3.... bener gak yah?

Ajeng mengatakan...

Wah mbak,perumpamaannya mengena sekali.Subhanallah..makasih untuk tausiyahnya mbak.Allah memang menghamparkan ilmunya lewat banyak cara,salah satunya dg berbagi ilmu diblog seperti ini.Keep blogging ya mbak..

Unknown mengatakan...

benar. diri kita sendiri yg menentukan mau berhasil atau tidak, walau Tuhan juga turut andil. tapi bila kita tidak mau usaha, sama aja bodong ya.

TRIMATRA mengatakan...

bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian..

bersusah-susah dahulu bahagia kemudian..

gituh kira2 yah

kak_ega_punya cerita mengatakan...

wah tipikal makan ega begitu tuh bunda..menyisakan yang akhir untuk dinikmati....

moga saya jadi generasi yang punya prinsip 'bersakit2 dahulu bersenang2 kemudian dan selamanya.... Amin'

wIndHie mengatakan...

Hayzz,,Bu lAm kenAl y,Blognya bagus ya,,Q pengen deh,,gmana caranya? ajarin dong

Ani mengatakan...

Woowww...betul sekali djeng, save the best for the last... bersusah2 dahulu, bersenang2 kemudian.
Soal makan juga bener tuh, yang paling enak juga yang paling akhir masuk perut, biar rasanya nggak ilang2....

senoaji mengatakan...

kesuksesan itu nasib (kata seorang teman) bahkan candu...

J O N K mengatakan...

wah kalau gitu, sekarang saya mau banyak nabung deh mba, biar bisa menikmatinya di akhir nanti

Postingan keren mba :)

diNa mengatakan...

pasti saya milih yg sukses mb.. :) stop boros ya mb.. nabung.. nabung..

Hamster Copo mengatakan...

Pertama kali aku berimajinasi rasanya perut aku enggak mau kompromi rasanya apa saja ingin aku lahap yang terpenting diakhiri dengan rasa yang nikmat
Selain postingan yang penuh dengan makanan dan imajinasi juga ada hikmahnya dan manfaatnya
good luck yaa

Lala mengatakan...

Mau sukses donk mbak...
Wah nasi di bakul jadi inget kampung nan jauh di sono

Milla Widia N mengatakan...

Save the best for last yaaa buat bakul nasinya....sisain buatkuuuu ^_^

Fanda mengatakan...

Dan kenikmatan itu akan bertambah apabila kemenangan berhasil kita petik dari kegagalan demi kegagalan yg lalu.
Inspiring post, Pen!

Wijayanto mengatakan...

waktu kecil makanan yang enak sengaja disisain untuk dinikmati terakhir, belum sempet dimakan malah jatuh duluan. ealahhh...