10 September 2009

UJIAN

Bila kita sedang duduk di bangku sekolah, ujian dilakukan agar kita naik kelas. Pada saat kuliah, ujian kita jalani agar kita bisa naik tingkat ke yang lebih tinggi. Sementara dalam hidup, ujian bisa jadi sarana penghapusan dosa kita dan peningkatan derajat kita di mata NYA.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al Ankabuut : 2)

Ujian terkadang datang bagaikan palu godam yang menghantam atau berupa beban berat yang menggayut di pundak. Kadang pula serasa menekan dan menyesakkan dada. Dunia terasa gelap dan sempit. Cahaya redup berpendar-pendar. Ya, terkadang kita merasa tidak kuat menahan ujian hidup ini. Beranggapan bahwa Allah (Tuhan) tidak adil terhadap kita, dan mulai berprasangka buruk terhadap Nya (astaghfirullah).

Padahal, ujian itu sebenarnya adalah bukti kasih sayang Nya kepada kita. Ujian terkadang ada yang terasa manis (misalnya ujian berupa harta benda/kekayaan), adakalanya juga terasa pahit (musibah/cobaan). Sama seperti halnya ujian saat kita sekolah/kuliah, adakalanya mudah untuk dilalui, adakalanya juga sulit untuk dilalui. Ujian juga merupakan "sentilan" kepada kita, bila kita telah "menyimpang" dari jalan yang telah diajarkan Nya.

Sahabat, menolehlah ke sekitar. Lihatlah, ada jiwa lain yang juga diuji olehNya. Dan ia tegar. Padahal, sepertinya ujiannya begitu berat. Melihat ke ujian diri sendiri ternyata bagai debu saja. Tuhan pasti tahu apa yang terbaik buat umat Nya. DiberiNya cobaan, diberiNya pula kekuatan untuk menghadapi Nya. Semua sesuai kapasitas. Menolehlah Sahabat.

Setiap jiwa mendapat soal ujian. Dan setiap jiwa telah disediakan jawaban. Hanya, sudahkah kita menggali dan mencari jawaban-jawaban dariNya???
Sekolah, bukanlah sekolah jika tanpa ujian. Begitu pula hidup, hidup adalah sebuah sekolah abadi. Dan ujian adalah sebuah pengharapan. Terhapusnya dosa atau naiknya derajat di mataNya.

Wallahu alam bissawab, semoga bermanfaat....
Baca Selengkapnya...

03 September 2009

Menari Di Tengah Hujan

Pagi itu di suatu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an tahun datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Seorang suster menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Sang suster pun merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang, dia sempatkan untuk memeriksa luka sang pria, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, sang suster pun memutuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani luka sang pria, dia bertanya apakah punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu ketika ditanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Sang suster pun sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana se tiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?” Lelaki tua itu tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, ‘kan?”

Sang suster pun terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangannya masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hdupku” gumamnya dalam hati.

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagi saya, moral penting dari cerita ini adalah: Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.”

Selamat bertemu kembali teman-teman semua, maafkanlah diriku yang telah lama melalaikan "blog" ku tercinta ini. Semua itu diluar kuasaku. Semoga kalian semua merindukanku ...... :-D

Baca Selengkapnya...