03 September 2009

Menari Di Tengah Hujan

Pagi itu di suatu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an tahun datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Seorang suster menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Sang suster pun merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang, dia sempatkan untuk memeriksa luka sang pria, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, sang suster pun memutuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani luka sang pria, dia bertanya apakah punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu ketika ditanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Sang suster pun sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana se tiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?” Lelaki tua itu tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, ‘kan?”

Sang suster pun terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangannya masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hdupku” gumamnya dalam hati.

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagi saya, moral penting dari cerita ini adalah: Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.”

Selamat bertemu kembali teman-teman semua, maafkanlah diriku yang telah lama melalaikan "blog" ku tercinta ini. Semua itu diluar kuasaku. Semoga kalian semua merindukanku ...... :-D

22 komentar:

FATAMORGANA mengatakan...

Malem bunda,... mlama nggak mampir menyapa.

dengan cinta dan kasih sayang, mampir menyapa sebelum tarawih.

lintang mengatakan...

cinta yang sulit kita temukan di jaman sekarang...

Eny mengatakan...

assalamu'alaikum...
terakhir ketemu kayanya di pasar Sangata nih.. hihihi...
akhirnya bisa main lagi ke rumah mbak Peni...
masih ada ya kasih sayang yang tak lekang oleh waktu.. tanpa syarat dan kondisi...

Anonim mengatakan...

hay mba penny...apa kabar ??
baru nongol juga yah....sama lah kita :)

btw...aku juga mau tetap menari ditengah hujan badai :D

mommy adit mengatakan...

iya.. aku merindukanmu mbak..

Penny mengatakan...

@Setiawan: makasih dah nyempatin mampir sebelum tarawih ya...

@Lintang: yiups..bener mba.

@Eny: hehehehee...

@rHeeaz: wah.. ternyata ada teman juga yg lama ngga nongol hehehe ya.. lumayan lah.. sekitar 1 bulanan ngga update postingan sama sekali..

@mommy: hai mom, apakabar??

Unknown mengatakan...

artikel yg bagus.menari di tengah hujan tidaklah mudah krn kita bisa masuk angin dan dianggap gila. he he he...


sulit sekali menemukan cinta spt itu ya.

Unknown mengatakan...

Itulah cinta sejati, cinta yang bener bener tulus. Bahkan ketika salah satu sudah meninggalpun cinta itu masih bersemayam

Saya trenyuh membacanya....
makasih pencerahannya

Dengan cinta, istri saya merawat ke 7 anak saya. Makanya saya "tidak tega" kalau tidak mudik tiap minggu

Fanda mengatakan...

Benar2 aku terharu membaca tulisanmu, Pen! Terutama kalimat ini: "Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi."

Yes, that's what true love means!

Welcome back Penny!

Zippy mengatakan...

Wah....artikel'x menarik....
Bener banget, cinta harus menerima apa adanya, kekurangan N kelebihan...
Bagaimana cara kita menghadapi hidup dengan apa yang udah diberikan oleh-Nya.

waluyo mengatakan...

tanpa cinta kapan manusia akan mengenal suka dan duka
cinta siap mengantarkan siapa saja menuju citanya
lantas mungkin dia mencintainya karena dianya memang pastas untuk dicintai

none mengatakan...

salam kenal mbak penny.
kisah di atas bener-bener bikin terharu. kayaknya bukan cuma mbak perawat itu aja yang menahan tangis, henny disini jg :')

marsudiyanto mengatakan...

Semoga saya bisa belajar dari kakek tadi...
Semoga Mbak Peni masih mengenali siapa yang komentar ini...

Keke Naima mengatakan...

apa kabar mbak.. akhirnya ada lagi postingan yg selalu menyejukkan hati :)

Lala mengatakan...

Hhmmm...Menari di tengah hujan, gimana ya rasanya? Ga pernah main hujan hujan sich hehehe :P

Unknown mengatakan...

siang....mampir bentar lagi nih

ellysuryani mengatakan...

Nice posting sobat. Apa kabar ?

Iklan Gratis mengatakan...

indah bangettt ...
apakah pribadi seperti kakek itu masih ada ? semoga hubby ku salah satunya .. amin ..

polar mengatakan...

btw susah mbak nyari orang yg bs menerima apa adanya :(

namaku wendy mengatakan...

hiks jadi pengen terharu biru
pengen satu yg seperti deh, mau..mau..mau..
mbak jangan menari di tengah hujan tar sakit hehehe tentu aku rindu padamu
mmuuaahh

joe mengatakan...

artikel yang menarik
trus berkreasi sob...


Regards : PingugOblOg

Arini mengatakan...

Alzheimer memang sungguh membuat keluarga korban sangat sedih dan pilu. terimakasih atas tulisannya yang tetap menggugah semangat.