28 Januari 2009

Cerita Dari Gunung

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya Hiker . Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan terjatuh. "Aduh!" jeritannya memecah keheningan suara pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persi sama, "Aduh!".
Dasar anak-anak, ia pun berteriak lagi, "Hei!! Siapa kau?", terdengar sautan pula "Hei! Siapa kau?". Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!". Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa.

Akhirnya ia pun bertanya kepada sang Ayah,"Apa yang terjadi?". Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum dan berkata, "Anakku, coba perhatikan." Dan lelaki itupun berkata dengan keras dan lantang,"Saya kagum padamu!". Suara di kejauhan menjawab, "Saya kagum padamu!". Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!", suara itu pun menjawab "Kamu sang juara!". Sang bocah semakin keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti juga. Lalu sang ayah pun menjelaskan:


"Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan"

Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya...ciptakanlah cinta di dalam hatimu.
Bila kamu ingin tim kerjamu punya kemampuan yang tinggi, ya.. tingkatkanlah kemampuan itu.
Karena hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan pada "nya" MyEm0.Com.

Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu. Segera koreksilah diri sendiri (ucapan dan tindakanmu), apabila di dalam kehidupan menemui hal-hal yang menyimpang, mengecewakan, sedih, gagal, dsb.
Baca Selengkapnya...

23 Januari 2009

JIKA TUHAN MENARIK PERHATIAN KITA


Dikisahkan, seorang mandor bangunan yang sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat, suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya, agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan. Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising, tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor. Meskipun sudah berusahaberteriak lebih keras lagi, usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja. Akhirnya untuk menarik perhatian, mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukangyang sedang bekerja di lantai bawahnya. Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya, berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu, lalu melanjutkan pekerjaannyakembali.
Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam, tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak ke atas. Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain, ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya. Karena merasa sakit kejatuhan batu, pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu. Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting itu dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.
Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya, Tuhan seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan, maupun kadangkala dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Tuhan seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah kepada kita manusia, agar mau mendongak keatas, mengingatNya, menyembah-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan lebih banyakbersyukur atas rahmat-Nya. Tuhan sering kali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia, agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya. Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas, mengingat kebesaran-Nya, menengadah kepada-Nya, mengagungkan nama-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya. Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalaman menyakitkan, seperti musibah, kegagalan, rasa sakit, kelaparan danberbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas. Menarik perhatian untuk mau menengadah kepada-Nya, menyembah kepada-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya. Dengan demikian, pengalaman-pengalam an menyakitkan yang kadang kala diterima manusia, hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita. Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Tuhan (Allah). Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Nya, dan menyadarkan kita adalah makhluk-Nyayang sangat lemah dan tidak berdaya.
Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Nya senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia. Seperti memiliki pekerjaan yang baik, memiliki kesehatan yang kita rasakan, kelengkapan panca indra yang menopang kehidupan kita, mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari, keluarga yang bahagia yang kitamiliki dan lain sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah rahmat danberkah dari Nya ang tak ternilai harganya. Kini apakah Anda kan segera menengadahkan wajah kepada-Nya, ataukah menunggu Nya menjatuhkan "batu" kepada kita ?.
SEMOGA BERMANFAT !
Disadur dari Eko Jalu Santoso - Founder Motivasi Indonesia dan Penulis Buku"The Art of Life Revolution" dan Buku "Heart Revolution: Revolusi HatiNurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi" keduanya diterbitkan Elex MediaKomputindo.
Baca Selengkapnya...

18 Januari 2009

Blessing In Disguise

Adalah sepasang suami-istri yang sudah lama tidak mempunyai anak. Suatu hari sang istri ternyata hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Semua tetangga mengatakan mereka adalah pasangan yang beruntung. Anaknya laki-laki lagi. Kalau nanti sudah dewasa, bukankah dia bisa bekerja keras dan merawat orang tuanya? Sungguh beruntung mereka punya anak laki-laki.
Suatu saat, anak tersebut sangat ingin memiliki seekor kuda. Tapi mereka miskin sehingga tidak bisa membeli hewan tersebut. Semua orang mengatakan bahwa mereka benar-benar sial karena miskin, sehingga tidak bisa membeli kuda. Kalau mereka kaya, kan bisa beli kuda? Sial benar.

Suatu hari ayahnya diberi seekor anak kuda oleh pelanggannya yang sering membeli kayu bakarnya. Jadilah anak itu punya seekor kuda. Semua orang mengatakan mereka sangat beruntung. Ingin punya kuda, eh ada yang memberi kuda. Beruntung sekali. Anak itu pun belajar berkuda. Dia sering berkuda ke mana-mana. Suatu Hari, ketika sedang berkuda. ternyata kuda tersebut mengamuk, sehingga anak itu terjatuh dan kakinya patah. Sejak kejadian itu dia menjadi pincang apabila berjalan. Semua orang menyesali mengapa dia berkuda. Kalau dulu tidak punya kuda, kan dia tidak akan jatuh. Dan kakinya tidak akan pincang. Sial. Mengapa punya kuda? Lebih baik tidak usah punya kuda. Sial sekali.

Setelah anak tersebut menginjak dewasa, ternyata di negara tersebut pecah perang dengan negara lain. Semua pemuda harus menjadi serdadu. Anak pasangan suami-istri itu juga harus mendaftar. Orangtuanya khawatir kalau anak satu-satunya ikut berperang. Semua tetangga merasa kasihan dan menyesali mengapa dulu tidak lahir anak perempuan saja. Kalau anak perempuan kan tidak harus berangkat berperang. Aduh, sial benar, mengapa pasangan itu dulu melahirkan anak laki-laki? Ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata anak itu yang kini sudah tumbuh menjadi seorang pemuda, tidak diterima sebagai serdadu karena kakinya cacat. Semua orang mengatakan, beruntung sekali dia tidak harus berperang. Coba kalau dulu tidak jatuh dari kuda, dia pasti harus ikut berperang. Untung dulu dia punya kuda. Untung dulu dia jatuh dari kuda. Untung kakinya pincang. Sungguh beruntung dia.

Dari cerita di atas, sebenarnya untung dan sial itu apa sih? Kapan seorang disebut beruntung dan kapan kurang beruntung? Ketika anak laki-laki yang lahir, katanya beruntung, tapi ketika dia harus berperang, orang-orang mengatakan mengapa dulu tidak lahir anak perempuan saja? Ketika dia mendapat kuda, katanya beruntung, tapi ketika dia pincang karena jatuh dari kuda, katanya sial. Orang-orang menyesali mengapa punya kuda. Lalu ketika dia tidak jadi berperang karena pincang, kata orang dia beruntung karena dulu pernah jatuh dari kuda. Untung dulu punya kuda. Untung dia pincang. Jadi, sebenarnya kapan seseorang sial dan kapan seseorang beruntung? Apakah karena tidak sesuai dengan yang kita harapkan lalu kita katakan sial atau kita anggap musibah? Apakah ketika sesuai dengan keinginan kita, lalu musibah tersebut bisa berubah menjadi keberuntungan? Kapan kita menyesali sesuatu? Kapan kita mensyukuri sesuatu? Mungkin saja apa yang dianggap sial atau musibah hari ini, mungkin bisa berubah menjadi keberuntungan di masa depan.
Mungkin karena kita belum bisa melihat blessings in disguise. Kita tidak bisa melihat berkah dibalik musibah. Apa yang dilihat sebagai musibah hari ini, ternyata di kemudian hari baru kita sadari bahwa hal itu mengandung berkah.

Atau kisah lain misalnya adalah ada seorang pria buta huruf yang bekerja sebagai penjaga sebuah sekolah di Amerika Serikat. Sudah sekitar 20 tahun dia bekerja di sana. Suatu hari pemimpin sekolah itu dipindahkan ke tempat lain dan digantikan oleh pemimpin baru. Pemimpin baru ini menerapkan aturan baru. Semua pekerja harus bisa membaca dan menulis agar mereka bisa mengerti pengumuman yang ditempel di papan pengumuman. Penjaga yang buta huruf itu terpaksa tidak bisa bekerja lagi. Dia sangat sedih dan berjalan pulang dengan lemas. Dia tidak berani langsung pulang ke rumah, tidak berani langsung memberitahu isterinya. Dengan sedih dia berjalan pelan menelusuri jalanan. Setelah hari gelap sampailah dia di sekitar pelabuhan. Dia pun ingin membeli tembakau. Tapi setelah mencari kemana-mana, setelah mengelilingi beberapa blok, tidak ada satu toko pun yang menjual tembakau. Tiba-tiba, dia berfikir "Tembakau sangat perlu. Tapi di sekitar sini tak ada yang jual tembakau. Aku ingin jualan tembakau saja ah." Dia pun pulang, lalu dengan penuh semangat menceritakan idenya untuk berjualan tembakau kepada isterinya. Dia tidak lagi menyesali nasibnya yang baru saja kehilangan pekerjaan. Kemudian dia pun membuka kios tembakau. Ternyata tembakaunya laku keras. Tak berapa lama, dia bisa membuka toko tembakau. Beberapa tahun kemudian dia bisa membuka beberapa cabang toko tembakau di tempat lain. Jadilah dia pedagang tembakau sukses. Ketika sudah jadi orang kaya, dia pun pergi ke bank untuk membuka rekening. Tapi karena buta huruf, maka dia tidak bisa mengisi formulir. Karyawan bank berkata "Wah, Bapak yang buta huruf saja bisa punya uang sebanyak ini, apalagi kalau Bapak bisa membaca dan menulis, Bapak pasti lebih kaya lagi." Dengan tersenyum dia berkata "Kalau saya bisa membaca dan menulis, saya pasti masih menjadi penjaga sekolah." Waktu dia dipecat, dia merasa sedih, putus asa, dan mungkin menyesali kejadian itu. Peristiwa itu merupakan musibah. Tapi kini, dia bisa melihat bahwa mungkin nasibnya tidak akan berubah menjadi seperti sekarang kalau dulu dia tidak dipecat.

Apa yang dulu merupakan musibah, ternyata kini mendatangkan keberuntungan, menjadi berkah. Mari kita mencoba bersabar dan tabah dalam menghadapi apapun. Berdoa supaya bisa melihat berkah di balik musibah dan selalu bersyukur terhadap apa yang sudah diberikan DIA untuk kita.

Do not give up! See the blessings in disguise!

Sumber: Blessing In Disguise oleh Lisa Nuryanti

Baca Selengkapnya...

14 Januari 2009

Waktu Tidak Bisa Berputar Kembali....




Saat tua nanti, ketika duduk bersimpuh di depan cucu-cucu kelak kita akan bercerita, “Dulu nenek/kakek itu….”


Semua kisah perjalanan hidup akan kita putar kembali, mencoba memperdengarkannya kepada anak-anak dan cucu. Berharap mereka mau belajar dari apa-apa yang sekarang menjadi catatan sejarah.

Ketika renta nanti, saat tubuh tak mampu berbuat banyak karena sudah teramat lemah, kita akan berkata di depan cucu, “dulu nenek/kakek kuat, tenaganya besar, mampu mengangkat beban seberat puluhan kilogram…” dan seterusnya.
Namun saat menceritakan itu, air mata berlinang tak terasa... Karena tenaga besar dan kekuatan yang kita punya kala muda dulu ternyata tak digunakan untuk banyak membantu orang-orang lemah, tak berguna bagi kehidupan orang lain yang benar-benar memerlukan pertolongan.


Sewaktu wajah sudah mulai keriput, tak tampan atau cantik lagi, kita mencoba memberikan senyum termanis agar tetap mempesona, cerita pun mengalir, “Kakek itu dulu ganteng, senyum menawan, banyak gadis yang tertarik….” Atau,

“Dulu nenek jadi primadona, banyak lelaki antri untuk melamar…”.
Sewaktu menceritakan hal itu, sesungguhnya kita tengah meratapi betapa tak berharganya keelokan wajah saat tua tiba. “Kenapa dulu saya mengagung-agungkan sesuatu yang bakal sirna?”Saat rapuh nanti, ketika kaki ini begitu berat untuk diangkat, kita pun bercerita, “dulu kakek pendaki gunung, sering menjelajah ke banyak Negara, banyak tempat-tempat hebat…” dan masih banyak lagi. Walau demikian, sesungguhnya saat bercerita itu kita pun menangis, menyesal karena selagi muda tak banyak melangkahkan kaki untuk beribadah, menjelajahi rumah-rumah yatim piatu dan fakir miskin untuk mengulurkan bantuan.

Ketika mata ini rabun, tak mampu lagi membaca bahkan huruf-huruf yang diperbesar sepuluh kali lipat sekalipun, kita bercerita, “kakek itu kutu buku, ribuan buku sudah kakek baca sehingga banyak ilmu yang kakek pelajari…”.
Tetapi kita pun tak kuasa membendung kesedihan disaat yang sama, karena diantara ribuan buku yang rajin kita baca, kita lupa menyelipkan membaca kitab suci diantaranya.
Dibanyak waktu yang kita punya untuk membaca buku, tak menyisihkan waktu yang cukup untuk menikmati pesan-pesan terkandung dalam kitab suci. Kala tua menyapa, akal tak mampu lagi bekerja banyak. Pikun menjadi penyakit utama, lupa sudah apa-apa yang dulu pernah menjadi prestasi terbaik, maka kita pun memaksa bercerita, “dulu kakek…. eh lupa… kakek itu, hmmm,… eh lupa lagi…”.
Padahal dulu ketika muda pun kita memang kerap terlupa, lupa beribadah, lupa bersedekah dan infak, lupa pula ... membenahi kekurangan dalam diri.


*************

Sekarang, sebelum kita benar-benar tua. Selagi wajah masih tampan dan cantik, mumpung tenaga masih kuat, kaki masih mampu jauh melangkah, dan yang pasti selagi usia masih menyatu dengan raga, mari lakukan yang terbaik untuk bisa kita ceritakan kelak untuk anak dan cucu di hari tua.
Agar mereka mendapatkan pelajaran berharga dari lidah-lidah yang gemetar bercerita pengalaman masa lalu yang selalu indah. Itu hanya bisa dimulai dari sekarang, sebelum masa tua itu tiba.



Kawan, waktu yang kita punya hanya sebentar dan itu sangat berharga. Ia takkan mungkin kembali, jangan sampai kita menyesal di hari tua nanti. Sebelum masa itu tiba, mulailah menghargai waktu, semoga - (Terima kasih atas inspirasi dari Bayu Gawutama)
Baca Selengkapnya...

09 Januari 2009

Sebuah Pensil....


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?"
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, ...
"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai."
"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi. Mendengar jawaban sang nenek, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."
"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini."
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini.
Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya". "

Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata–kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal yang ada di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati–hati dan sadar terhadap semua tindakan".


Artikel di atas di sadur bebas dari Paulo Coelho. Padat isinya tapi banyak manfaat yang bisa kita peroleh. Ternyata hanya dari sebatang pensil kita bisa belajar bagaimana cara menjalani hidup ini.

Baca Selengkapnya...

07 Januari 2009

Lilin Yang Ke Empat

Berbagai macam predikat "miring" sudah disandang dengan piala tetap oleh kita (baik sebagai bangsa, kelompok ataupun organisasi), sebut saja sebagai bangsa yang sakit, pemalas, penjiplak, pengutang, terkorup, sarang teroris, tukang gontok-gontokan, dan predikat-predikat jelek lainnya. Stempel ini diberikan oleh berbagai kalangan dan memang sesuai realita yang ada.

Jelas-jelas, misalnya, lampu di perempatan menyala merah, eh, nyelonong terus. Polisi di depan mata pun tak digubris, dan memang tak bisa berbuat apa-apa. Negeri ini seperti tak berhukum. Saat kendaraan tersenggol pengendara lain, mata dipelototkan liar sembari mulut mengumpat: ''Matamu ditaruh di mana?''
Ya, otak siapa sebenarnya yang perlu disekolahkan? Saat begitu, jangan tanya soal kebenaran. Bila tak ingin memanjangkan soal, lebih baik mengalah dan bilang: ''Maaf.'' Wong ngalah iku luhur pungkasane, orang mengalah itu bijaksana. Pemaafan itu kemuliaan.

Memang, sekali waktu mbudek (pura-pura tidak dengar) terasa lebih mulia. Predikat ''sakit'' ini sepertinya mendekati tepat. Simak pula tentang ini seorang mantan jawara yang telah lanjut usia masih petantang-petenteng membawa golok. Jalannya pun tidak tegak lagi. Tapi galaknya minta ampun. Pohon peneduh jalan ditebang, walau bukan dia yang menanam. Ketika ditanya siapa yang bertangan usil? Jawab dia: ''Mau dibabat sekalian?'' Elok tenan!
Ya, otak siapa sebenarnya yang perlu dididik?

Persis saat si pengutang ditagih, dan jawaban dia jauh lebih galak dari yang ngutangin/pemberi hutang. Menagih utang lha kok harus merengek-rengek kayak pengemis. Ada pula yang pura-pura lupa saat ditagih utangnya. Makan hati, ngga? Lebih celaka jika si pengutang membalik omongan: ''Mana bukti utang saya.'' Itulah yang terjadi akhir-akhir ini.

Padahal, orang yang melalaikan umurnya dengan melakukan perbuatan yang sia-sia (walau hanya satu tarikan nafas) terancam penyesalan yang tiada akhir dan kerugian yang tiada habis (pada saat dia tersadar atas segala kekeliruannya). Maka, kata Imam Al-Ghazali, ''Penuhilah seluruh siang dan malam dengan ketaatan.'' Tentunya, terhadap apa saja baik untuk dunia maupun akhirat.

Kepusingan otak saya makin kompleks jika mengamati koran. Musibah tiada henti mulai tsunami, gempa, longsor, banjir, dan lain-lain silih berganti menimpa bangsa ini, dan diperparah oleh kenaikan harga-harga. Industri bakal kolaps. Nelayan pun megap-megap karena harga es (pengawet ikan) dan solar ikut melonjak.

Gelombang PHK bakal tak terelakkan. Pendapatan makin minim. Sistem penggajian di negeri ini juga tak proporsional, dan perlu penataan ulang. Jaraknya bagaikan bumi dan langit, hingga memperdalam jurang kemiskinan. Sementara itu, di mal dan supermarket dipertontonkan
orang berlomba menghabiskan uang.

Rakyat yang tidak punya apa-apa (makanan, pekerjaan, dan harapan) lagi pasti bakal frustrasi. Sebagai ''rumput'', mereka hanya diinjak-injak, tanpa dipedulikan. Sehingga rakyat hanya bisa menaruhkan harapan besar akan adanya perubahan seperti halnya yang ditulis oleh Paulus Winarto dalam Reach Your Maximum Potential.

Adalah kisah empat lilin, yang satu per satu mulai meleleh dan padam. Lilin pertama berkata, ''Aku adalah damai, namun manusia tidak mampu menjaganya. Jadi, lebih baik aku matikan diriku.'' Pet!
Lilin kedua mulai berkata, ''Aku adalah iman. Sayang, aku tidak berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku. Tidak ada gunanya kalau aku tetap menyala.'' Tiupan angin pun mematikannya dalam sekejap. Ruangan mulai agak gelap.
Lilin ketiga gantian berbicara: ''Aku adalah cinta. Aku tidak lagi mampu untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci pada mereka yang mencintai. Membenci keluarga sendiri.'' Lilin ketiga pun
padam.
Tiba-tiba, masuk seorang bocah ke ruangan itu. Perasaan takutnya menyergap. Dia pun menangis, takut pada gelap. Tangisan itu tak lama, karena dihentikan oleh lilin keempat. ''Jangan takut dan jangan menangis. Selama aku masih ada dan menyala, kita akan selalu dapat
menyalakan ketiga lilin lainnya,'' kata lilin keempat. Itulah lilin ''harapan''. Dan, bocah itu pun menyalakan ketiga lilin yang telah padam.

Jadi?
Saya, juga Anda mestinya, tidak perlu "pura-pura tidak dengar" atau tidak mau tahu menghadapi keterpurukan bangsa ini. Kita masih punya titik terang. Kita tak boleh tergoyahkan oleh hal-hal yang menyesatkan. Orang-orang sukses selalu melawan kakalahan dan kesengsaraan, tanpa pernah mengenal menyerah dan kecewa. Juga kita, tentunya!
Walaupun banyak kalangan mengatakan bahwa tahun 2009 krisis ekonomi global bakal semakin terasa dampaknya terhadap perekonomian bangsa ini, ingatlah.... masih ada lilin keempat yang masih menyala dan kita pegang!!!

Baca Selengkapnya...

03 Januari 2009

Jadikan Kehidupan Yang Berarti

Postingan kali ini, saya mengajak teman-teman semua untuk lebih memahami dan mengerti apa arti kehidupan kita ini. Mari kita merenunginya bersama:

Berapa umur anda saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini MyEm0.com.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup.
Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa bagi sebagian dari kita.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita hadapi saat berada di kantorMyEm0.com.

Tak terasa, siang menjemput...
Waktunya istirahat.. "makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan. Jam 12 siang, matahari sudah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari ini...
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja tapi malah menjadi ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai MyEm0.com.

Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat, matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Gelap mulai menjemput. Lelah sekali hari ini. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmatnya air hangat saat mandi nanti. Pasti terasa segar dan segar... MyEm0.com

Akhirnya ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya segera sampai di rumah, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah. Dinamis sekali kehidupan ini ya????

Tak terasa waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh..ada sop ayam". "Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan???? Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Heningnya malam pun tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi dengan rutinitas yang sama telah menanti MyEm0.com.

Kehidupan... ya seperti itulah kehidupan di mata sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur, itulah arti kehidupan menurut kita.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Hanya rutinitas... sampai akhirnya maut menjemput.

Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.

Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita tolong menolong sesama manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah ... dll.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda?
Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?

Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhanlah yang tahu...
Pandanglah di sekeliling kita... ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......

Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas....MyEm0.com Baca Selengkapnya...

02 Januari 2009

Gampang-Gampang Susah.....

Terkadang apa yang kita inginkan, tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Kita ingin sukses, tapi tak jarang kegagalan selalu mengikuti. Kita ingin bahagia, tapi kesedihan masih sering mengelayuti. Itulah dinamikan kehidupan.
Begitu pula yang terjadi dengan diriku. Contoh sederhana adalah keinginan untuk membuat postingan di blog ku tercinta ini. Maksud hati ingin membuat postingan kalau bisa 2 hari sekali atau minimal seminggu dua kali, tapi kok ya... susah.. banget ya??? MyEm0.ComPadahal kan kalau dipikir-pikir buat postingan itu gampang banget, tinggal kasih judul postingan, tulis beberapa kata dalam "entry" kita, kalau perlu ditambahi gambar atau emoticon supaya lebih menarik, terbitkan "entry", selesai sudah . Tapi kalau untuk saya, buat postingan itu terkadang gampang-gampang susah. Seperti masukkan benang kedalam jarum. Kalau pas lagi gampang dan "smooth" ya.. lancar aja. Tapi kalau pas lagi sulit, ibarat orang mau masukin benang kedalam jarum yang harus pake kacamata dulu lah, melototin lubang jarumnya, baru deh benangnya bisa masuk.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yang saya ingat dan saya catat adalah:

  • tidak ada ide cemerlang tentang topik apa yang bagus untuk di postingkan
  • "stuck" alias macet dalam merangkai kata-kata: harap dimaklumi aja, mengingat saya juga bukan penulis professional, tidak pernah hobby yang namanya buat Diary Harian, serta minim banget yang namanya perbendaharaan kata dan kosa kata
  • kurangnya waktu yang ada: menyambung postingan saya sebelumnya tentang manajemen waktu di sini, terkadang semangat untuk membuat postingan sudah menggebu-gebu tapi tidak ada waktu untuk memulainya. Malam hari (karena pagi sampai dengan sore hari saya jadi "kuli bayaran" di kantor tempat saya bekerja) yang biasanya saya manfaatkan untuk ngeblog, ngeplurk, ngenet, dsb terkadang habis untuk belajar dengan anak-anak, bermain-main dengan mereka, acara keluarga atau bahkan malah saya gunakan untuk tidur karena kecapekan.
  • gangguan dari faktor eksternal: nah, ini yang paling sering membuat saya "bete" banget. Karena terkadang semangat sudah sampai di puncaknya, langsung jadi "down" karenanya. Yah... bete banget kan klo lagi semangat buat postingan tiba-tiba line internet nya macet alias ngadat alias ngga lancar (terrputus-putus) atau bahkan lagi error (ngga bisa nge net sama sekali), sebel banget. Atau giliran mau buat postingan eh.. anak-anak ngrecokin (tapi untuk yang ini, terpaksa saya yang harus mengalah. Anak-anak adalah harus lebih diprioritaskan). Dan masih banyak lagi gangguan yang lain seperti tamu, dll.
  • gangguan dari faktor internal: gangguan dari dalam diri yang paling berpengaruh penting adalah rasa malas. Kalau judulnya sudah "malas" melakukan kegiatan apapun pasti akan terasa berat banget. Pinginnya bermalas-malasan atau nyantai untuk beberapa saat lamanya.

Nah, apakah kendala yang saya alami sama dengan kendala yang Anda hadapi?? Atau it's only happen to me??

Bantuannya saling sharing pegalaman dalam membuat postingan dong..teman-temanku semua!! Terutama sekali kepada mba Lyla, pak guru marsudiyanto, om budiawanhutasoit, dan mba Tyas yang rajin banget buat postingan. Paling tidak saya bisa belajar tips dan trik nya, sehingga selain bisa terjadwal dalam membuat postingan juga postingan saya lebih berbobot.

Tak lupa dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan "SELAMAT TAHUN BARU 2009" semoga di tahun 2009 ini kita bisa lebih baik dan lebih sukses lagi, Amin.

Baca Selengkapnya...