25 Juni 2009

Lamunan Di Tanggal "Tua"

Fiuh.. lama ngga buat postingan (nyaris genap satu minggu), ternyata udah mendekati tanggal tua nih. Hmmm.. emang ada tanggal muda juga ya?? hehehe
Kata orang sih.. klo tanggal-tanggal yang baru terima gajian (sekitar awal bulan) itu disebut tanggal muda, sedangkan rangkaian tanggal dimana kantong sudah "kering", duit cekak, dan mendekati terima gaji (bagi yang menerima tentunya hihiii) alias akhir bulan itu disebut tanggal tua (kisaran tanggal 20 an ke atas sampai tanggal 30-an).

Saat tanggal muda, dimana duit masih "banyak" (ya iyaa lah... kan baru "gajian". Baik yang pekerja atau pun yang ibu rumah tangga. Lha, emang ibu rumah tangga gajian juga?? Gajian dong... kan terima duit bulanan dari suaminya hihihiiiii), biasanya muka ceria, wajah berbinar-binar, dan nafsu untuk shopping dan spend money begitu tinggi. Tinggal seberapa kuat aja kekuatan "rem" untuk membatasi nafsu membelanjakan uang. Klo tidak kuat, dijamin baru tengah bulan aja gaji dah ludes tak bersisa (hihiii ada yang punya pengalaman seperti ini ngga ya?? Ayo ngaku....)

Sementara di tanggal tua, dimana duit sudah mulai cekak, muka akan mengkerut, wajah cemberut, dan hilang keceriaan. "Aduh cukup ngga ya.. duit ini sampai akhir bulan nanti?" "Stok persediaan sembako mulai habis, gimana nih??" dll.

Nah, daripada bete ngga menentu, mendingan kita ngelamun aja, ngelamunin dapat kenaikan Gaji di akhir bulan nanti (ngelamun di siang bolong ya?? hehe). Nah, sembari ngelamun, silahkan dibaca tips-tips di bawah ini. Itung-itung ceria di tanggal tua, agar tetap semangat.

10 TIPS UNTUK NAIK GAJI

1. Jangan pernah berjalan tanpa dokumen di tangan

Karena orang yang bawa-bawa dokumen kelihatannya seperti seorang pekerja keras yang mau meeting. Sementara orang yang nggak bawa apa-apa kayaknya pengangguran alias jobless.
Kalau yang bawa koran pasti mau ke WC. Nah yang bawa kerjaan sama laptop saat pulang, pasti mau gaya-gaya doang, sampai rumah cuman ditaruh di meja, besoknya dibawa lagi ke kantor.

2. Sibuk dengan komputer biar keliatan sibuk

Tiap saat anda di depan PC, keliatannya anda kerja di mata boss, padahal anda sedang baca dan kirim email atau lagi YM-an (bagi yg punya aksses internet di kantor) dengan temen dekat. Saat anda ketahuan boss lagi nge-email, pengakuan yang paling baik ya "sedang lihat situasi pasar" atau "lagi belajar program baru untuk bikin cash flow", atau alasan-alasan lain yang sok di ilmiahin.

3. Meja berantakan

Boss bisa aja mejanya bersih, sedangkan kita jangan harap. Kalo meja kita bersih pasti dianggap
kita tidak kerja cukup getol. Taruh aja setumpuk dokumen di atas meja, pasti anda dianggap pekerja keras. Atau kalau dari lapangan sebaiknya sepatunya jangan dicuci dulu, biar aja kotor pasti keliatan kerja keras.

4. Mesin Penjawab Telpon

Nggak usah jawab telpon kalau anda punya mesin penjawab telpon. Orang tidak akan telpon ke anda untuk mengerjakan sesuatu, biasa kan lewat email. Periksa aja mesin penjawab. Kalo seseorang nelpon mengenai suatu kerjaan, jawab aja saat jam makan siang, yang jelas dia nggak bakalan ada dan anda keliatan seperti pekerja keras.

5. Kelihatan serius dan sangar

Yang terpenting, anda harus keliatan serius dan sangar biar boss mengganggap anda selalu sibuk. Jangan suka ketawa-ketawa dan cengengesan gitu...


6. Tinggalkan kantor lambat

Selalu meninggalkan kantor lambat, khususnya saat si boss masih ada. Anda bisa baca majalah atau buka internet, sehingga kelihatan bahwa anda kurang waktu untuk baca atau kerjakan sesuatu. Saat pulang, pastikan boss anda lihat. Kirim email penting pada jam-jam yang larut seperti 21.35 atau 19.05, bahkan kalo perlu pada hari libur, biar keliatan loyal banget ama kerjaan.


7. Tarik napas kreatif

Tariklah napas keras-keras saat banyak orang di sekeliling anda, sehingga kelihatan bahwa anda
sedang di bawah tekanan karena banyaknya kerjaan.


8. Strategi menumpuk buku

Rasanya kurang cukup kalo hanya numpuk dokumen di atas meja, tambahin aja dengan buku-buku manual yang tebel yang berserakan di lantai.


9. Tambahlah perbendaharaan kata-kata

Baca beberapa majalah komputer dan cari tau istilah dan produk baru. Gunakan istilah yang IT banget saat ngobrol dengan boss. Ingat: boss tidak perlu tau apa yang anda bicarakan, tapi yang terpenting anda tampil mengesankan di hadapannya.


10. Yang terpenting

Jangan forward ini kepada boss anda tanpa sengaja!! Ancur deh image yang anda bangun dengan
susah payah…

Hehehe pada serius amat nih bacanya, jangan terlalu serius, nanti cepat tua lho!!!
Have a nice day all my friends....
Baca Selengkapnya...

19 Juni 2009

Save The Best for Last

Kali ini, saya akan mengajak sahabat bloggers semua untuk sedikit berimajinasi dengan membayangkan apa yang akan kita lakukan pada "sepiring nasi" yang akan kita santap pada saat makan nanti:

Di atas piring nasi ada jatah makan anda (entah itu makan siang/makan malam); sejumput nasi, sayur bayam, sepotong tempe, sekerat daging rendang dan beberapa keping kerupuk udang. Kira-kira, jenis makanan apa yang paling akhir anda nikmati? Mungkin di antara menu makan siang itu, ada makanan yang anda tidak suka, dan oleh sebab itu, tidak anda santap sama sekali. Tapi yang hampir pasti terjadi, jenis makanan yang paling enak menurut anda adalah makanan yang paling akhir anda santap. Sesuap demi sesuap, semua jenis makanan itu mulai anda santap. Sampai akhirnya, yang terakhir anda habiskan adalah potongan terakhir dari jenis makanan yang paling anda sukai. Entah itu daging, tempe, sayur bayam atau kerupuk udang. Hmmmm betapa nikmatnya menikmati suapan terakhir. Dan kenikmatan itu hilang bila makanan yang anda sisakan tidak berhasil anda nikmati kelezatannya akibat terjatuh atau diambil orang lain—anak atau istri anda.

Pengalaman makan seperti di atas sangat paralel dengan perilaku orang-orang sukses. Mereka mentransfer perilaku makan mereka ke dalam skala yang lebih besar. Bukan hanya sekedar pengalaman makan, tetapi pada kehidupan secara keseluruhan. Mereka sering merelakan diri untuk menikmati pekerjaan yang berat, menyisakan sebagian besar penghasilan untuk masa depan, bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan serta menelusuri perjalanan yang menanjak dan penuh onak. Hanya dengan satu tujuan; suatu saat mereka bisa menikmati hasil kerja keras mereka. Yaitu suatu kenikmatan atau rasa bangga dan bahagia atas apa yang telah berhasil di raihnya. Prinsipnya adalah:

Save the best for lessMenyisakan yang terbaik untuk dinikmati paling akhir

Sementara itu, orang gagal berperilaku sebaliknya. Mereka menikmati kesenangan di awal karirnya, sehingga di sisa umurnya mereka dipaksa oleh kehidupan untuk menikmati kegetiran. Berapapun besarnya gaji, dalam pikirannya hanya ada kata "habiskan!". Kalau ada waktu luang, "hamburkan! atau sia-siakan!".
Karirnya yang cenderung stagnan, dilampaui oleh orang-orang yang lebih muda, uang pensiun yang rendah serta himpitan kebutuhan hidup yang semakin mencekik adalah sebagian akibat yang harus dihadapi oleh orang-orang yang memilih menikmati kehidupan lebih dini atau terlena dan terbuai kenikmatan di awal perjalanan.

Karunia terbesar dari Allah untuk manusia adalah kemampuannya untuk menentukan pilihan. Saat ini anda boleh memilih; mau jadi orang sukses atau orang gagal! Anda sendirilah yang harus memilih satu di antaranya, karena andalah yang akan menjalani hidup dan akan menikmati hasilnya kelak.

Wallaahu A’lam

Baca Selengkapnya...

16 Juni 2009

What We Get is What We Want To Get

Sebagai orang yang berusaha "membudidayakan" kata maaf dalam kehidupan sehari-hari, ijinkanlah kali ini saya memohon maaf lagi kepada teman-teman semua jika akhir-akhir ini saya jarang berkunjung ke blog teman-teman semua atapun memberikan komentar atau sapaan di blog teman-teman. Walaupun bagi sebagian orang (mungkin) merasa pantang untuk mengucapkan kata "ajaib" yang satu ini, karena banyak anggapan bahwa orang yang meminta maaf akan dianggap lemah, kalah, atau tidak berdaya. Tapi bagi saya, memohon maaf berarti menunjukkan rasa rendah hati saya sebagai seorang manusia biasa yang tidak mungkin luput dari kesalahan. “Maaf” juga dapat membantu kita dalam ‘proses mengampuni’ diri sendiri - yang pada akhirnya dapat membawa ke proses ‘mengampuni orang lain’. “Maaf” bukan berarti kalah, sebaliknya, maaf membuat kita belajar menghargai orang lain yang pada akhirnya akan membawa ‘kemenangan tak terduga’ pada diri kita - “Maaf” memberi pelajaran bahwa ‘kebenaran adalah hak bagi semua orang’. Dan jangan takut untuk meminta maaf! Jangan pernah khawatir “Maaf”-mu tidak diterima. Bukankah di dalam lubuk hati terdalam setiap manusia, akan selalu ada keinginan untuk memaafkan dan mengampuni orang lain?

Nah, sekarang kembali ke laptop.. eh salah, kembali ke Topik. Kali ini saya akan sharing tentang sebuah cerita.

Alkisah ada seorang psikolog yang terkenal melakukan sebuah eksperimen luar biasa. Dia dan timnya memberikan sebuah tes IQ kepada seluruh murid di suatu sekolah sebelum akhir masa sekolah. Kemudian mereka memilih sepuluh siswa dan mengatakan pada setiap guru dari siswa itu, “Kesepuluh siswa ini akan berada di kelas Anda. Kami tahu dari tes mereka bahwa secara teknis mereka memang siswa yang cerdas. Anda akan melihat bahwa mereka semua akan menjadi yang teratas di dalam kelas mereka pada tahun ajaran berikutnya. Anda harus berjanji untuk tidak mengatakan hal ini kepada setiap murid, karena akibatnya akan merugikan mereka. ”
Dan para guru itu pun berjanji untuk tidak mengatakan apa pun kepada para siswa tersebut.
Padahal kenyataannya adalah bahwa tak satu pun siswa dari daftar tersebut benar-benar cerdas. Kesepuluh anak itu pun hanya dipilih secara acak dan kemudian diserahkan pada guru untuk dididik dan dibina.
--------------------------------------------------------
Setahun kemudian para psikolog itu kembali ke sekolah tersebut. Mereka menguji seluruh siswa. Beberapa dari mereka yang dikatakan cerdas tersebut nilainya naik tiga puluh enam poin. Para psikolog itu mengadakan wawancara dan bertanya kepada para guru, “Menurut Anda bagaimana murid-murid ini?” Para guru itu pun segera menyahut dengan menggunakan kata-kata sifat seperti “pintar”, “dinamis”,“menyenangkan”, “menarik”, dan sebagainya.

Apa yang telah terjadi pada siswa-siswa tersebut seandainya para guru tidak berpikir bahwa mereka memang cerdas di kelas? Justru guru itulah yang telah mengembangkan seluruh potensi siswa-siswa tersebut.

Seseorang yang biasa sekalipun, jika ia dilatih, dimotivasi, dan dimaksimalkan, hasilnya akan seperti 10 siswa beruntung tadi. Meskipun ia dipenuhi keterbatasan. Kita lihat bagaimana seorang Thomas Alfa Edison, yang dianggap siswa lamban di kelasnya, akhirnya menjadi salah seorang penemu terbanyak di sejarah modern. Entah bagaimana jadinya jika ia diperlakukan seperti kesepuluh anak tadi, wah.. bisa bisa bom atom muncul lebih dulu sebelum jamannya Einstein.

Kita lihat juga seorang Hellen Keller yang sudah tuli, bisu, dan buta sejak dia berumur kurang dari 2 tahun. Sebagai seorang biasa, kita mungkin akan bingung bagaimana mengatasinya dan bagaimana mengajarinya. Barangkali kita akan berpikir sebaiknya ia dibiarkan hidup, dimanja dan dilayani, meski ia tidak akan tahu apa-apa sampai ajalnya. Namun tidak dengan orang-orang dekatnya. Mereka menemukan suatu cara mengkomunikasikan dengan anaknya lewat indra perabanya. Ia pun tidak dimanja, justru dididik dengan keras, hingga akhirnya kita tahu bahwa Hellen Keller, dengan segala keterbatasannya bisa menjadi seorang pengacara tenar dan penulis ternama di masanya.

IQ kita memang boleh biasa-biasa saja, namun jangan salahkan kita apabila suatu saat kita bisa melampaui seseorang yang dianggap paling jenius di negeri ini. Jangan pernah menganggap anda adalah seorang rakyat kecil, hanya karena anda tidak punya kekuasaan atas orang disekitar anda. Jangan pernah menganggap anda miskin hanya karena anda tidak bisa membiayai sekolah anda. Dan Jangan pernah menganggap Anda bodoh, hanya karena anda kalah pintar dengan pesaing Anda.

Ingat kata-kata seorang Thomas Alfa Edison yang dahulu pernah dicap bodoh oleh guru-gurunya:

"Keberhasilan itu hanya 1% kejeniusan. 99% -nya adalah kerja keras"

Anggaplah bahwa anda adalah orang yang "besar" (tentunya tidak harus dalam arti fisik) yang mampu membawa orang disekitar kita menjadi lebih baik, orang yang sangat kaya sehingga mampu bersedekah, dan orang yang sangat pintar sehingga mampu mengamalkan ilmu yang dimiliki. Namun tentu saja, janganlah Anda sombong dan Takabur hanya karena anda menganggap semua itu secara berlebihan. However, Allah is The Greatest. Tuhan adalah Yang Maha Segalanya.

Kondisikanlah orang-orang disekitar Anda untuk menganggap anda sebagai orang yang lebih, dan kelebihan itu lama kelamaan akan muncul dalam diri anda dengan lebih cepat dari sebelumnya. Jika anda tidak bisa mengkondisikan orang-orang disekitar Anda untuk menganggap anda seperti para guru diatas menganggap sepuluh siswa beruntung, alihkan guru itu dan siswa itu menyatu dalam diri Anda. Anda adalah seorang guru yang menganggap diri anda juga sebagai murid yang pandai. Insya Allah, kepandaian itu juga akan datang asalkan anda juga belajar dan berusaha untuk meraihnya. What We Get is What We Want To Get...
Good Luck ya.. sobat!!!
Baca Selengkapnya...

12 Juni 2009

Indahnya Dikelilingi Sahabat & Dikelilingi Do'a

Pagi ini, cuaca cerah sekali. Sejak bangun tidur tadi pagi, yang diiringi suara kokok ayam jantan, kicau burung, alunan suara adzan dari masjid dekat rumah dan juga siaran berita di TV (seputar Manohara, penyiksaan TKI, kampanye Capres dan Cawapres, dan berita-berita lainnya yang terkadang bosan juga dengerinnya) plus sinar mentari yang menyinari alam raya dan menebarkan sinar kehangatanya, lengkap sudah rasa damai dan bahagia dalam jiwa ini. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah kau masih memberikan padaku nikmat kehidupan sampai dengan detik ini, sehingga aku masih bisa mensyukuri apa yang telah Engkau berikan padaku. Walaupun seminggu terakhir ini begitu banyak kegiatan dan pekerjaan yang cukup menyita waktuku dan melelahkanku (maaf teman-teman klo beberapa hari terakhir ini diriku jadi jarang On Line dan blog walking ke tempat teman-teman semua), tapi aku tetap mensyukuri dan menikmatinya sebagai bagian dari rasa syukurku kepada MU. Untuk apa mengeluh, karena mengeluh juga tidak akan membuat segala sesuatunya berjalan dengan lebih baik.

Hari ini saya mendapatkan ”hadiah spesial” dari teman yang mengingatkanku bagaimana menyikapi ritme kehidupan. Yaitu sebuah email yang isinya ”sangat dalam artinya” bagiku. Sebuah email yang menceritakan kisah kehidupan sebuah keluarga sederhana yang selalu dikelilingi do’a dalam kehidupannya dan bagaimana mereka memaknai hidup ini.

”Hidup ini terasa lebih indah jika kita bisa saling mengingatkan serta saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Lebih indah lagi, jika kita bisa melengkapinya dengan saling mendo’akan.”

Keindahan hidup seperti itulah yang masih bisa kita rasakan selagi kita masih memiliki sahabat maupun saudara. Sahabat dan saudara yang tak segan-segan berdo’a di hadapan kita atau mengirimkan do’anya tanpa sepengetahuan kita, hanya karena mereka ”menyayangi” kita.
Love U All sahabatku....
Inilah kisahnya...

===========================

Harus saya syukuri, betapa diri ini menyadari bahwa dalam perjalanan panjang hidup ini, teramat banyak orang-orang yang tulus berdoa untuk kebaikan, keselamatan, juga keberkahan saya dan keluarga. Misalnya beberapa tahun lalu ketika kami masih menyewa sebuah rumah petak di Bogor dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, mulai dari ibu, adik, kakak, dan sahabat yang pernah singgah berucap kalimat yang sama, “semoga cepat punya rumah yang layak ya…”

Ketika itu, saya tidak pernah malu untuk mengajak dan menawarkan siapapun untuk singgah ke rumah ‘kontrakan’ saya. Hanya karena rumah kami kurang layak, bukan berarti menghalangi niat baik untuk menyambung silaturahmi. Meski saya tidak meminta, mereka tetap mendoakan untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya. Dan mungkin atas doa mereka jugalah, kini saya dan keluarga sudah bisa menikmati tinggal di rumah sendiri.

Cerita lain ketika saya sering mengajak isteri dan anak-anak jalan-jalan. Suatu hari kami bertemu dengan seorang sahabat di sebuah angkutan umum dan dia bertanya, “ biasanya pakai motor, motornya kemana?”. Obrolan pun berlanjut ke hal lain, karena ia sudah mendapatkan jawaban dari saya soal motor tersebut. Menjelang berpisah, tak lupa ia menitipkan satu kalimat yang saya anggap itu sebagai doa, “mudah-mudahan cepat ada gantinya ya”.

Segera saya mengamini kalimat sahabat saya itu. Puji syukur kepada Nya bahwa kemudian saya diberikan kesempatan untuk memiliki sepeda motor, walau harus mencicilnya terlebih dahulu selama tiga tahun. Setidaknya saya semakin sadar, bahwa saya harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan NYA. Boleh jadi juga, doa sahabat-sahabat lah yang Allah kabulkan sehingga saya kembali mengantar anak-anak ke sekolah atau mengunjungi orang tua dengan bersepeda motor.

Nah, giliran sudah punya motor, sudah punya rumah, alhamdulillah tetap saja ada yang masih mendoakan kami. Tentu saja dengan cara-cara yang berbeda. Misalnya saja, seorang sahabat yang singgah di rumah saya di Sawangan belum lama ini, berkomentar “Kapan dikasih pagar nih rumahnya?” atau ketika puteri ketiga saya lahir, “Wah, puterinya sudah bertambah, berarti mesti bikin kamar lagi nih di lantai atas…”

Saya selalu menilai positif kalimat-kalimat penuh makna persahabatan itu dan menganggapnya sebagai doa. Begitu juga ketika para tetangga melihat motor kesayangan kami ditumpangi lima orang yaitu saya, isteri, dan tiga puteri saya, mereka berujar, “Sudah harus ganti roda empat tuh…”

Di jalan raya pun demikian. Setiap kami menunggangi motor berlima dan berhenti di lampu lalu lintas, entah itu perjalanan ke Bogor maupun ke Tangerang selalu ada orang yang menyapa, “Masya Allah pak… hati-hati ya bawa motornya. Mudah-mudahan cepat punya mobil ya…”, ini masih lebih enak terdengar. Ada juga yang begini, “Ya Allah, kurang banyak pak bawaannya…”
Saya sempatkan untuk tersenyum kepada mereka, dan berujar, “amiin, terima kasih doanya ya. Alhamdulillah saya masih punya motor, sementara saya nikmati saja dulu…”. Tak sedikipun saya tersinggung dengan segala ucapan mereka di jalan raya, toh sebaliknya saya pikir itu adalah sebuah do'a dan saya berterima kasih. “tinggal mengamini saja kok repot…”

Sekali lagi, saya benar-benar menyadari dan yakin bahwa satu dari sekian banyak rasa anugerah yang wajib kita syukuri adalah lantaran hidup kita ini dikelilingi oleh do'a. Do'a orang tua, keluarga, para sahabat bahkan orang-orang yang tidak kita kenal secara langsung. Lantas, kenapa masih murung dan berputus asa? (gaw)

=========================

Pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah di atas adalah:

1. Selalu ber- positive thinking kepada NYA, karena DIA lah yang maha tahu atas segala sesuatu yang terjadi pada kita. Entah itu ujian berupa kebahagiaan/kenikmatan, maupun ujian dalam bentuk musibah.
2. Jalani hidup ini dengan ikhlas, jangan mudah berputus asa. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah segala sesuatunya menjadi lebih baik. Karena Tuhan juga tidak akan menguji umat NYA diluar kemampuan umat NYA.
3. Perbanyaklah silaturahmi dan galanglah persaudaraan/persahabatan. Semakin banyak sahabat (teman dalam suka dan duka), maka Insya Allah akan semakin banyak yang “berdo’a” buat kita. Intinya, saling mendo’akan antar teman/keluarga, baik tanpa sepengetahuan ataupun sepengetahuan yang kita do’akan.

Jikalau hidup kita dikelilingi do’a dari orang-orang yang mencintai kita, hmmmmm…. siapa sih yang ngga mau??
Baca Selengkapnya...

08 Juni 2009

Semailah Kebaikan Setiap Waktu, Selagi Bisa

Waktu itu sebenarnya ibarat ladang amal bagi kita yang menyadari arti penting dari waktu yang telah diberikan Nya kepada kita. Bagi yang muslim, Allah SWT telah menyediakannya agar kita menggunakannya sebagai modal penting menggapai ridha dan surga-Nya. Karena keutamaan seseorang di sisi Allah adalah selain ditentukan oleh keimanan dan amal shalihnya, juga ditentukan oleh faktor keterdahuluannya dalam mewujudkan rasa keimanan dan mengerjakan amal shalihnya. Misalnya tidaklah sama antara jamaah yang berada di shaf awal dalam shalat dengan yang berada di barisan paling belakang, dan seterusnya.

Demikian juga bagi yang non muslim, pasti Tuhan telah mengkaruniakan waktu kepada umat Nya untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dipergunakan untuk banyak beribadah kepada Nya, beramal di jalan Nya, dan berbagai kegiatan rohani yang lain diluar segala aktifitas duniawi yang juga kita lakukan.


Saudaraku…
Segala hal yang ada dalam kehidupan orang yang beriman bisa menjadi ladang amal kebaikan. Kita membuang sampah pada tempatnya itu amal baik. Berniat tidak bohong itu amal mulia. Mengucapkan salam kepada kawan itu amal yang terpuji. Mendo’akan teman/saudara kendati mereka tidak mengetahuinya, itu juga amal shaleh. Dan masih banyak lagi amal shaleh, amal kebajikan yang bisa kita lakukan, sekalipun kita tak memiliki sesuatu apapun (harta). Tuhan dengan segala keadilan-Nya memberikan peluang amal kepada masing-masing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan mendapatkan ridha Nya. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari kuantitasnya, tapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang tergantung kepada motivasi dan niatnya. Boleh jadi infak seorang buruh sebesar 1000 rupiah, itu dimata Nya sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah Rp. 1.000.000.000,00. Seorang murid barangkali lebih mulia dibandingkan dengan seorang gurunya, karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru merasa cukup dengan ilmunya.

Selanjutnya, mengapa kita mesti menyegerakan dalam beramal?
1. Karena asset waktu yang kita miliki hanyalah saat ini.
Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan kemarin tidak bisa kita ulang lagi. Ia menjadi kenangan saat ini. Jika kebaikan, bersyukurlah kita, dan jika keburukan menyesallah bersama orang-orang yang menyesal. Masih beruntung jika kita bersyukur hari ini, bukan saat di mana penyesalan tidak ada artinya lagi. Esok hari juga belum tentu menjadi milik kita, kita tidak tahu apakah esok hari masih bisa menghirup udara pagi?

2. Karena kemuliaan derajat seseorang di sisi Nya adalah disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya.
Orang tua akan senang jika menyuruh anaknya mengerjakan sesuatu dan perintahnya tersebut segera dikerjakan oleh anaknya. Sebaliknya ia akan marah jika si anak menunda-nunda mengerjakannya. Bila orang tua kita marah jika kita menunda-nunda pekerjaan yang telah diperintahkan kepada kita untuk segera dikerjakan adalah sangat wajar dan lumrah bila Allah juga akan “marah” pada kita bila kita melanggar perintah Nya bukan??

3. Karena setiap waktu ada momentnya sendiri.
Setiap waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali amal perbuatan yang sangat terkait dengan waktu. Misalnya ketika waktunya berakhir, berakhir pula kesempatan untuk mengerjakannya. Seperti shalat, puasa, haji, berkurban, dan lain sebagainya.

4. Kesempatan beramal juga diberikan kepada seseorang pada waktu-waktu tertentu dan sesuai porsinya.
Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya. Seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya. Jangan sampai pada saat Tuhan mencabut segala kesempatan yang telah diberikan Nya itu, kita baru menyadari bahwa kita sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Kesehatan, waktu luang, hidup, masa muda, dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal. Gunakan sebaik-baiknya masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehat mu sebelum datang masa sakitmu, dan waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu.

Saudaraku…
Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat, sampai ajal/maut menjemput kita.
Semoga bermanfaat…

Baca Selengkapnya...

05 Juni 2009

Berbuat Kebaikan Tidak Ada Ruginya

"jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendir” (Al-Isra’:7)

Setiap orang akan menuai apa yang ditanam
Tidak semua orang mampu berpikir panjang. Apalagi dengan perhitungan yang teliti. Itulah kenapa tidak sedikit yang melakukan sesuatu cuma buat keuntungan sesaat.

“Yang penting saya untung, peduli amat orang lain!”

Padahal, alam mengajarkan bahwa aksi sama dengan reaksi. Apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Ada banjir karena keseimbangan alam terganggu: penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain. Begitu pun dalam pergaulan sesama manusia. Kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya pun tak jauh dari kebaikan. Bahkan, mungkin lebih. Kita lihat tingkah para pedagang, baik barang maupun jasa, paham sekali rumus ini. Kalau mereka ingin mendapat kebaikan dari konsumen, pancingannya pun dengan sesuatu yang baik. Ada pedagang yang menyediakan air minum kemasan gratis, keramahan para pelayan, bahkan ruangan khusus untuk menunggu. Mereka menganggap: konsumen adalah raja.


Jika kita tidak ingin keburukan, begitu pun orang lain
Semua orang ingin mendapatkan yang baik. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang ingin mendapatkan yang buruk. Cuma masalahnya, sikap itu tidak diiringi dengan aksi yang positif. Ketika menginginkan selalu ingin mendapatkan yang baik, tapi saat memberi selalu/sering yang buruk. Ayo, bener ngga sih??
Sebenarnya, ketika seorang melakukan sesuatu yang buruk, saat itu juga ia sedang berharap ada keburukan yang akan ia terima, baik itu disadari ataupun tidak. Sayangnya, jarang yang mau bercermin diri: apa yang telah saya lakukan? Lebih banyak mana: baik atau buruk? Baru kemudian, kenapa orang lain berbuat buruk pada saya?
Padalah Agama telah mengajarkan untuk membalas keburukan dengan cara yang terbaik.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Ini memang berat. Ajaran ini lebih tinggi dari sekadar kebaikan berbalas kebaikan, dan keburukan berbalas hal serupa. Lebih dari itu, memberikan reaksi dari sebuah keburukan dengan sudut pandang positif. Dan hasilnya sangat luar biasa. Keburukan bukan hanya hilang, tapi berganti dengan kebaikan.

Berpikirlah apa yang bisa diberikan, bukan yang diterima
Semangat berbuat baik memang tidak akan tumbuh dari mereka yang punya sikap pasif. Ketika yang dipikirkan seseorang cuma bagaimana menerima, darimana datangnya penerimaan; seluruh otot aktivitasnya menjadi mandul. Semangat berbuat baiknya sudah mati sebelum fisiknya benar-benar mati. Tentunya, sulit mendapatkan sesuatu yang positif dari orang tipe ini. Jangankan membalas keburukan dengan kebaikan, mengawali kebaikan pun terasa berat. Semua aktivitasnya terkungkung dalam kalkulator sempit. Hitungannya selalu pada keuntungan materi sesaat. Bukan sesuatu yang lebih mahal dari sekadar materi. Antara lain, ketenangan, keharmonisan, cinta dan persaudaraan.
Tokoh Anwar Ibrahim mungkin salah satu contoh baik. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ini pernah difitnah secara keji. Tidak tanggung-tanggung, ia dituduh pelaku korupsi dan kejahatan homoseksual. Namun, seluruh warga tempat tinggalnya siap menjadi saksi: bahwa Anwar mustahil seperti yang dituduhkan. Itulah buah baik yang selama ini telah ditanam Anwar. Masyarakat sekitarnya, tanpa diminta pun, siap menjadi pembela.

Dari uraian di atas kita jadi tahu bahwa pada prinsipnya tidak ada ruginya kok berbuat baik kepada oranglain, bahkan kepada orang yang telah berbuat ”jahat” kepada kita. Capek klo tiap kali ada yang berbuat jahat pada kita, kita sibuk memikirkan untuk balas dendam atas kejahatan yang telah dilakukannya, dst...dst.. saling membalas dendam yang tidak ada akhirnya, itulah yang akan terjadi. Dan sepertinya hal seperti itu gampang sekali kita temukan saat ini.
Ingatlah bahwa Tuhan itu Maha Tahu, Maha Adil dan Tidak Tidur. Kebaikan kita sekecil apapun pasti akan dilihat Nya, dan akan bernilai pahala dimata Nya (asal dilakukan dengan ikhlas). So... .. tunggu apa lagi....berbuat baik yukkkk...

Baca Selengkapnya...

02 Juni 2009

Jadilah Diri Anda Sendiri

Sahabatku, sesungguhnya salah satu pintu masuk menuju kebahagiaan adalah, ketika kita menjadi diri kita sendiri. Keyakinan kita dengan potensi, bakat, kekuatan dan karakteristik yang ada pada diri kita, membuat kita merasakan keistimewaan dan keunikan yang kita miliki.

Janganlah ragu wahai sahabat, bila kita sudah menemukan bakat kita, sekalipun menurut orang lain adalah sesuatu yang remeh. Ketika kita menjadi diri kita sendiri, maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia.

Jika Anda berkumpul dengan orang-orang yang pintar pada satu bidang, yang mana bidang itu bukan keahlian Anda, jangan Anda katakan pada mereka bahwa keahlian yang mereka miliki juga Anda miliki. Keinginan Anda hidup dibawah bayang-bayang mereka justru akan melemahkan kedudukan Anda. Mengapa? Karena hal itu jelas akan menghilangkan kelebihan yang ada dalam diri Anda. Anda hanya berkutat pada kekurangan yang ada pada diri Anda. Dan jelas pada akhirnya akan melemahkan Anda, membuat Anda tidak bisa melangkah lebih jauh, dunia ini terasa sangat sempit. Jack Trout dalam bukunya yang cukup mencerahkan, Differentiatie or Die, berkata tentang hal ini: Jika Anda mengabaikan keunikan Anda dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan semua orang, Anda langsung melemahkan apa yang membuat Anda “berbeda”.


Jujurlah dan katakan pada mereka, "Maaf, ini bukan bidang saya". Saya kurang ahli pada masalah yang kini sedang kalian bicarakan. Tapi saya punya keahlian di bidang yang lain. Saya tidak tahu, apakah keahlian saya dapat digunakan untuk membantu kalian atau tidak. Ketika Anda memberitahukan kepada mereka bahwa keahlian Anda di bidang B bukan A, mereka akan lebih antusias kepada Anda. Mereka akan lebih percaya, salut dan bangga berteman dengan Anda. Anda adalah sesuatu yang berbeda dengan lainnya.

Wahai sahabatku,
Tidak ingin menjadi diri kita sendiri disebabkan oleh keinginan kita untuk mendapatkan pujian manusia. Kita ingin menjadi populer di mata masyarakat. Sebuah hasil penelitian psikologi menyebutkan: orang-orang yang ingin menjadi populer seringkali tidak jujur. Dan mereka sendiri senang dipuji dengan amal yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (QS. 3: 188).

Membuat diri terkenal, itu bukan tujuan hidup kita. Kita hanya disuruh berbuat sebaik mungkin. Jika niat kita sudah salah, maka hasilnya pun akan tidak maksimal. Jika niat kita ingin terkenal tidak segera terwujud, kita hanya bisa larut dalam kesedihan karena tujuan hidup kita sudah terkandaskan. Sedangkan tujuan itu sendiri adalah final kehidupan. Tidak ada lagi kehidupan sesudah gagal mencapai titik final.

Berbeda dengan orang yang menyesuaikan tujuan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Nya (”beribadah” disini artinya adalah melakukan suatu perbuatan hanya karena ingin mendapatkan ridho dan pahala dari Nya semata); kegagalan dalam menghadapi sebuah episode kehidupan dunia ini bukan berarti kegagalan segala-galanya. Jangan berambisi mencari popularitas, karena tabiat tersebut adalah indikasi dari kekeruhan jiwa, kegelisahan, dan keresahan (Dr. Aidh Al Qarni). Seburuk apapun karya kita dan sekecil apa pun prestasi kita, hargailah itu! Semua itu kita peroleh dari hasil kerja keras kita, hasil kejeniusan otak kita, dan hasil kreativitas kita.

Sungguh, alangkah berbahagianya orang yang mencari ridha hanya kepada Nya semata. Dia tidak ingin menjadi populer di mata masyarakat. Jika masyarakat tidak menghargai karyanya, itu hal biasa baginya, karena menurutnya: Kebanyakan manusia tiada mengetahui. Artinya hanya sedikit saja manusia yang dapat memahami kebenaran. Namun, bukan berarti bahwa dirinya lebih hebat dan lebih suci dari orang lain. Dan jika masyarakat menghargai karyanya, sekali-kali tidaklah ia menyombongkan diri (QS. 8: 47).

Wahai sahabat, Hiduplah dengan menjadi diri Anda sendiri walaupun terkadang itu tidak mudah melakukannya.
Semoga bermanfaat

Baca Selengkapnya...