10 September 2009

UJIAN

Bila kita sedang duduk di bangku sekolah, ujian dilakukan agar kita naik kelas. Pada saat kuliah, ujian kita jalani agar kita bisa naik tingkat ke yang lebih tinggi. Sementara dalam hidup, ujian bisa jadi sarana penghapusan dosa kita dan peningkatan derajat kita di mata NYA.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al Ankabuut : 2)

Ujian terkadang datang bagaikan palu godam yang menghantam atau berupa beban berat yang menggayut di pundak. Kadang pula serasa menekan dan menyesakkan dada. Dunia terasa gelap dan sempit. Cahaya redup berpendar-pendar. Ya, terkadang kita merasa tidak kuat menahan ujian hidup ini. Beranggapan bahwa Allah (Tuhan) tidak adil terhadap kita, dan mulai berprasangka buruk terhadap Nya (astaghfirullah).

Padahal, ujian itu sebenarnya adalah bukti kasih sayang Nya kepada kita. Ujian terkadang ada yang terasa manis (misalnya ujian berupa harta benda/kekayaan), adakalanya juga terasa pahit (musibah/cobaan). Sama seperti halnya ujian saat kita sekolah/kuliah, adakalanya mudah untuk dilalui, adakalanya juga sulit untuk dilalui. Ujian juga merupakan "sentilan" kepada kita, bila kita telah "menyimpang" dari jalan yang telah diajarkan Nya.

Sahabat, menolehlah ke sekitar. Lihatlah, ada jiwa lain yang juga diuji olehNya. Dan ia tegar. Padahal, sepertinya ujiannya begitu berat. Melihat ke ujian diri sendiri ternyata bagai debu saja. Tuhan pasti tahu apa yang terbaik buat umat Nya. DiberiNya cobaan, diberiNya pula kekuatan untuk menghadapi Nya. Semua sesuai kapasitas. Menolehlah Sahabat.

Setiap jiwa mendapat soal ujian. Dan setiap jiwa telah disediakan jawaban. Hanya, sudahkah kita menggali dan mencari jawaban-jawaban dariNya???
Sekolah, bukanlah sekolah jika tanpa ujian. Begitu pula hidup, hidup adalah sebuah sekolah abadi. Dan ujian adalah sebuah pengharapan. Terhapusnya dosa atau naiknya derajat di mataNya.

Wallahu alam bissawab, semoga bermanfaat....
Baca Selengkapnya...

03 September 2009

Menari Di Tengah Hujan

Pagi itu di suatu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an tahun datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Seorang suster menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Sang suster pun merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang, dia sempatkan untuk memeriksa luka sang pria, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, sang suster pun memutuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani luka sang pria, dia bertanya apakah punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu ketika ditanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Sang suster pun sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana se tiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?” Lelaki tua itu tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, ‘kan?”

Sang suster pun terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangannya masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hdupku” gumamnya dalam hati.

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagi saya, moral penting dari cerita ini adalah: Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.”

Selamat bertemu kembali teman-teman semua, maafkanlah diriku yang telah lama melalaikan "blog" ku tercinta ini. Semua itu diluar kuasaku. Semoga kalian semua merindukanku ...... :-D

Baca Selengkapnya...

22 Juli 2009

Sepenggal Kisah - Makna Kehidupan

Kisah berikut ini dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women"
karangan Karen Kingsbury. Inti ceritanya kira-kira sbb :

Adapasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mempunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI,karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman-teman dan sahabat-sahabat, serta lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki-laki dan perempuan. Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki-laki. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya.

Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang istri mengalami depressi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tersebut), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki-lakinya. "Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut,dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan.

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini membuatnya lebih tabah. Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus berdo'a kepada Tuhan. Pada mulanya,mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencanaNya sendiri.

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tidak ada kata-kata di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne), mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja.

Sungguh tidak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka..
Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam jam.....

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tersebut bahwa donor tersebut berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya...

==============================================================
Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

1. SESUNGGUHYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar-benar penting adalah apa yang telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.

2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar-benar penting adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi orang lain.

3. Ibu Anne mengatakan "Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan. Tetapi hal terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah untuk memastikan bahwa anak-anak kita melakukan hal-hal terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan menuju surga".

Semoga dengan membaca kisah di atas dapat menyentuh mata hati kita, menginstropeksi diri kita masing-masing, dan mengubah cara pandang kita tentang hidup, lalu bergerak aktif untuk memaknai hidup dengan cara memberikan makna bagi kehidupan orang lain. Berhentilah Untuk Selalu Memikirkan Kepentingan Diri Sendiri, Jadikanlah Kehadiran Anda Di Dunia Ini Sebagai RAHMAT Bagi Orang Banyak dan Bagi Orang2 Yang Anda Cintai (Ayah, Ibu, Saudara/i,Suami/ Istri, Anak2 Anda, dst).

Baca Selengkapnya...

16 Juli 2009

Haruskah Hati Menciptakan Jarak??

Hati adalah cermin, cermin bagi diri kita. Ketika satu kesalahan kita biarkan, kemudian dosa dan kesalahan kedua kita lupakan dengan alasan "nanti aja lah minta maafnya, nanti aja lah tobatnya", kemudian satu titik itu menjadi menggumpal, berkarat dan menghitam. Jangankan untuk bercermin, mungkin untuk membedakan mana diri kita yang sebenarnya dan mana yang kotoran saja sudah tidak bisa lagi. Artinya jiwa kita sudah tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah dan pada saat itulah segala nasehat mungkin sudah tak lagi masuk ke hati kita, karena hati kita sudah kotor, tertutup oleh dosa dosa yang berbuah kesombongan untuk mendengar nasehat.

Sementara hati yang jernih akan jelas terlihat dari pembawaan raga kita, karena hati adalah cerminan jiwa yang terlihat kasat mata secara raga. Sehingga semua orang yang berada disekitar kita akan dapat bercermin juga karena beningnya hati kita ketika menolong dan bergaul dengan sesama makhluk ciptaan Nya.

Ketika hati kita keruh yang terlihat pasti adalah wajah yang kusam karena tidak bisa senyum tertindih oleh gundah gulana yang menjadi akibat dari penyakit hati itu sendiri, yang terlihat kemudian adalah salah arah, salah mengambil keputusan karena hati tidak tenang ketika melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan atau tindakan. Bahkan yang timbul mungkin hanya luapan emosi dan kemarahan.

Untuk lebih memahaminya, bisa di lihat dari percakapan antara seorang guru dan murid di bawah ini:

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,
"Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

"Tapi..."
sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu merekaterpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan, "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanyabisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambilmemperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban. "Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan, "Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Anda."

Nah, sekarang saya kembalikan kepada diri teman masing-masing, apakah hati kita sudah bersih dari segala rasa iri, dengki, dendam, amarah dll?? Ataukah hati kita masih kotor? Karena semakin kotor hati kita, maka "jarak" kita akan semakin jauh dengan sahabat, kerabat dan handai taulan kita.

Semoga bermanfaat.

Baca Selengkapnya...

15 Juli 2009

Now, I am Back

Duh.. baru libur beberapa minggu dari dunia per-blog-an rasanya dah bertahun-tahun aja deh. Betapa rindunya diriku dengan teman-teman semua, yang semoga masih ingat dengan diriku dan blog ku ini, Amin.

Ya.. finally, akhirnya diriku bisa hadir kembali di dunia per-blog-an ini. Walaupun mungkin tidak bisa serutin dulu untuk berkunjung dan menyapa teman-teman, tapi at least saya akan tetap berusaha untuk exist di dunia per-blog-an ini. Tetap Semangat nge-blog deh judulnya.

Terima kasih buat yang sudah menjaga, menjenguk, menengok dan merawat blog saya selama saya tinggalkan. Tidak ada yang bisa saya ucapkan dan berikan, selain ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga untuk teman-teman semua. For all of you, the best wishes deh pokoknya.

Mohon ditunggu ya... postingan ter-updated saya selanjutnya.
Love U All, Miss U So much.... dan Selamat Datang Kembali ke Blog saya ya...

Baca Selengkapnya...

07 Juli 2009

Off = Break = Libur = Cuti

Sahabat bloggers semua, mohon maaf kalau akhir-akhir ini dan mungkin sampai beberapa minggu ke depan saya akan jarang on line dan berkunjung ke “rumah” sahabat blogger semua. Ehmmm… by the way, emangnya ada yang “aware” ngga sih ada atau tidaknya diriku “exist” di dunia “blogger”? MyEm0.Com sok penting banget ya? Tidak masalah, saya menganut paham “PD aja lagi”. Jadi yang penting di info aja ke semuanya, siapa tahu ada yang cari-cari atau menanyakan keberadaan saya yang tiba-tiba “menghilang” begitu saja, jadi tahu dimana posisi saya sebenarnya hehehe.

Sebenarnya berat hati ini dan sedih banget karena terpaksa akhirnya saya harus melalui “tahapan” seperti ini: Cuti Sejenak Dari Kehidupan Dunia Maya. Suatu hal yang sebenarnya saya harap tidak pernah terjadi pada saya. Tapi entah kenapa, akhirnya saat itu datang juga, dan tidak bisa saya hindari lagi kedatangannyaMyEm0.Com .

Cuti saya ini tidak ada jadwalnya dan tidak tahu sampai kapan saya harus cuti. Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Dan yang pasti “cuti” saya ini dikarenakan beberapa hal di bawah ini (ngga mau kalau dengan kampanye Calon Presiden yang semua jawaban dan program kerja harus disusun secara sistematis, biar pembaca nya percaya, ihiks ), berikut kronologisnya:

1. Mulai minggu ke-3 bulan Juni s/d minggu ke 2 bulan Juli, anak-anak liburan sekolah:
Otomatis harus menemani dan mensupport aktivitas mereka mengisi liburan sekolahnya. Termasuk mengalah tidak memakai “kompi” karena “kompi” dikuasai oleh mereka mulai pagi s/d malam hari (main aneka games di Facebook, spt Pet Society, dll, banyak banget dah pokoknya). Demi berusaha jadi ibu yang baik, mengalah buat kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya hehehe. Daripada nonton TV yang sekarang dikuasai oleh sinetron yang tidak mendidik dan tidak pas untuk usia anak-anak?? Sementara mau ngajak liburan keluar kota juga ngga sempat, dan beli kompi baru masih belum ada rejeki hehehe.

2. Mulai awal bulan Juli ini, lagi sibuk “packing” barang-barang.
Ya, saya mau pindahan rumah nih. Ada yang mau bantu ngga ya? Kali aja ada yang mau bantu angkat-angkat hehehe. Walaupun pindahnya sih ngga begitu terlalu jauh juga lokasinya dari rumah yang lama, tapi tetap aja kan yang namanya pindahan rumah itu mau jauh atau dekat, tetap capek ujung-ujungnya, forsir tenaga dan “takes time” waktu kita. Apalagi “packing” barang hanya bisa dilakukan di malam hari aja, karena pagi sampai dengan sore hari harus jadi “buruh” di kantor.

3. ini adalah yang paling bikin saya bete, di rumah yang baru nanti access internet nya belum ada. Lagi di arrange koneksinya, tapi ngga bisa dijanjikan juga apakah bisa connect dalam jangka waktu satu bulan, atau malah lebih. Pake modem external seperti IM2, dll katanya teman ngga bisa, koneksinya kurang bagus hiks..hiks.. nasib.. nasib… Jadi keputusan final nya adalah good bye untuk sementara deh yang namanya blogging, Facebook, Plurk, dll.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, titip “rumah saya” di Bunda MeDaNi ya teman-teman. Mungkin ada yang hanya sekedar lewat depan rumah ya.. ngga apa-apa, ada yang bantu menyapu halaman ya.. silahkan, ada yang bantu menyiram bunga juga welcome.

Tapi kalau misalkan pas ada kesempatan dan ada pinjaman PC plus internet di kantor (kayak saat ini - duh melas banget yak???), Insya Allah saya janji untuk berkunjung ke blog teman-teman dan buat postingan terbaru deh…...

Miss U All, friends…. (sambil nangis bombay…).
Oh iya.. ini saya sedang bersiap emergency pulang ke Malang, Ibu sakit dan harus di operasi. Mohon bantuan do'anya ya.. teman-teman, agar semuanya berjalan lancar dan sukses.
Baca Selengkapnya...

25 Juni 2009

Lamunan Di Tanggal "Tua"

Fiuh.. lama ngga buat postingan (nyaris genap satu minggu), ternyata udah mendekati tanggal tua nih. Hmmm.. emang ada tanggal muda juga ya?? hehehe
Kata orang sih.. klo tanggal-tanggal yang baru terima gajian (sekitar awal bulan) itu disebut tanggal muda, sedangkan rangkaian tanggal dimana kantong sudah "kering", duit cekak, dan mendekati terima gaji (bagi yang menerima tentunya hihiii) alias akhir bulan itu disebut tanggal tua (kisaran tanggal 20 an ke atas sampai tanggal 30-an).

Saat tanggal muda, dimana duit masih "banyak" (ya iyaa lah... kan baru "gajian". Baik yang pekerja atau pun yang ibu rumah tangga. Lha, emang ibu rumah tangga gajian juga?? Gajian dong... kan terima duit bulanan dari suaminya hihihiiiii), biasanya muka ceria, wajah berbinar-binar, dan nafsu untuk shopping dan spend money begitu tinggi. Tinggal seberapa kuat aja kekuatan "rem" untuk membatasi nafsu membelanjakan uang. Klo tidak kuat, dijamin baru tengah bulan aja gaji dah ludes tak bersisa (hihiii ada yang punya pengalaman seperti ini ngga ya?? Ayo ngaku....)

Sementara di tanggal tua, dimana duit sudah mulai cekak, muka akan mengkerut, wajah cemberut, dan hilang keceriaan. "Aduh cukup ngga ya.. duit ini sampai akhir bulan nanti?" "Stok persediaan sembako mulai habis, gimana nih??" dll.

Nah, daripada bete ngga menentu, mendingan kita ngelamun aja, ngelamunin dapat kenaikan Gaji di akhir bulan nanti (ngelamun di siang bolong ya?? hehe). Nah, sembari ngelamun, silahkan dibaca tips-tips di bawah ini. Itung-itung ceria di tanggal tua, agar tetap semangat.

10 TIPS UNTUK NAIK GAJI

1. Jangan pernah berjalan tanpa dokumen di tangan

Karena orang yang bawa-bawa dokumen kelihatannya seperti seorang pekerja keras yang mau meeting. Sementara orang yang nggak bawa apa-apa kayaknya pengangguran alias jobless.
Kalau yang bawa koran pasti mau ke WC. Nah yang bawa kerjaan sama laptop saat pulang, pasti mau gaya-gaya doang, sampai rumah cuman ditaruh di meja, besoknya dibawa lagi ke kantor.

2. Sibuk dengan komputer biar keliatan sibuk

Tiap saat anda di depan PC, keliatannya anda kerja di mata boss, padahal anda sedang baca dan kirim email atau lagi YM-an (bagi yg punya aksses internet di kantor) dengan temen dekat. Saat anda ketahuan boss lagi nge-email, pengakuan yang paling baik ya "sedang lihat situasi pasar" atau "lagi belajar program baru untuk bikin cash flow", atau alasan-alasan lain yang sok di ilmiahin.

3. Meja berantakan

Boss bisa aja mejanya bersih, sedangkan kita jangan harap. Kalo meja kita bersih pasti dianggap
kita tidak kerja cukup getol. Taruh aja setumpuk dokumen di atas meja, pasti anda dianggap pekerja keras. Atau kalau dari lapangan sebaiknya sepatunya jangan dicuci dulu, biar aja kotor pasti keliatan kerja keras.

4. Mesin Penjawab Telpon

Nggak usah jawab telpon kalau anda punya mesin penjawab telpon. Orang tidak akan telpon ke anda untuk mengerjakan sesuatu, biasa kan lewat email. Periksa aja mesin penjawab. Kalo seseorang nelpon mengenai suatu kerjaan, jawab aja saat jam makan siang, yang jelas dia nggak bakalan ada dan anda keliatan seperti pekerja keras.

5. Kelihatan serius dan sangar

Yang terpenting, anda harus keliatan serius dan sangar biar boss mengganggap anda selalu sibuk. Jangan suka ketawa-ketawa dan cengengesan gitu...


6. Tinggalkan kantor lambat

Selalu meninggalkan kantor lambat, khususnya saat si boss masih ada. Anda bisa baca majalah atau buka internet, sehingga kelihatan bahwa anda kurang waktu untuk baca atau kerjakan sesuatu. Saat pulang, pastikan boss anda lihat. Kirim email penting pada jam-jam yang larut seperti 21.35 atau 19.05, bahkan kalo perlu pada hari libur, biar keliatan loyal banget ama kerjaan.


7. Tarik napas kreatif

Tariklah napas keras-keras saat banyak orang di sekeliling anda, sehingga kelihatan bahwa anda
sedang di bawah tekanan karena banyaknya kerjaan.


8. Strategi menumpuk buku

Rasanya kurang cukup kalo hanya numpuk dokumen di atas meja, tambahin aja dengan buku-buku manual yang tebel yang berserakan di lantai.


9. Tambahlah perbendaharaan kata-kata

Baca beberapa majalah komputer dan cari tau istilah dan produk baru. Gunakan istilah yang IT banget saat ngobrol dengan boss. Ingat: boss tidak perlu tau apa yang anda bicarakan, tapi yang terpenting anda tampil mengesankan di hadapannya.


10. Yang terpenting

Jangan forward ini kepada boss anda tanpa sengaja!! Ancur deh image yang anda bangun dengan
susah payah…

Hehehe pada serius amat nih bacanya, jangan terlalu serius, nanti cepat tua lho!!!
Have a nice day all my friends....
Baca Selengkapnya...

19 Juni 2009

Save The Best for Last

Kali ini, saya akan mengajak sahabat bloggers semua untuk sedikit berimajinasi dengan membayangkan apa yang akan kita lakukan pada "sepiring nasi" yang akan kita santap pada saat makan nanti:

Di atas piring nasi ada jatah makan anda (entah itu makan siang/makan malam); sejumput nasi, sayur bayam, sepotong tempe, sekerat daging rendang dan beberapa keping kerupuk udang. Kira-kira, jenis makanan apa yang paling akhir anda nikmati? Mungkin di antara menu makan siang itu, ada makanan yang anda tidak suka, dan oleh sebab itu, tidak anda santap sama sekali. Tapi yang hampir pasti terjadi, jenis makanan yang paling enak menurut anda adalah makanan yang paling akhir anda santap. Sesuap demi sesuap, semua jenis makanan itu mulai anda santap. Sampai akhirnya, yang terakhir anda habiskan adalah potongan terakhir dari jenis makanan yang paling anda sukai. Entah itu daging, tempe, sayur bayam atau kerupuk udang. Hmmmm betapa nikmatnya menikmati suapan terakhir. Dan kenikmatan itu hilang bila makanan yang anda sisakan tidak berhasil anda nikmati kelezatannya akibat terjatuh atau diambil orang lain—anak atau istri anda.

Pengalaman makan seperti di atas sangat paralel dengan perilaku orang-orang sukses. Mereka mentransfer perilaku makan mereka ke dalam skala yang lebih besar. Bukan hanya sekedar pengalaman makan, tetapi pada kehidupan secara keseluruhan. Mereka sering merelakan diri untuk menikmati pekerjaan yang berat, menyisakan sebagian besar penghasilan untuk masa depan, bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan serta menelusuri perjalanan yang menanjak dan penuh onak. Hanya dengan satu tujuan; suatu saat mereka bisa menikmati hasil kerja keras mereka. Yaitu suatu kenikmatan atau rasa bangga dan bahagia atas apa yang telah berhasil di raihnya. Prinsipnya adalah:

Save the best for lessMenyisakan yang terbaik untuk dinikmati paling akhir

Sementara itu, orang gagal berperilaku sebaliknya. Mereka menikmati kesenangan di awal karirnya, sehingga di sisa umurnya mereka dipaksa oleh kehidupan untuk menikmati kegetiran. Berapapun besarnya gaji, dalam pikirannya hanya ada kata "habiskan!". Kalau ada waktu luang, "hamburkan! atau sia-siakan!".
Karirnya yang cenderung stagnan, dilampaui oleh orang-orang yang lebih muda, uang pensiun yang rendah serta himpitan kebutuhan hidup yang semakin mencekik adalah sebagian akibat yang harus dihadapi oleh orang-orang yang memilih menikmati kehidupan lebih dini atau terlena dan terbuai kenikmatan di awal perjalanan.

Karunia terbesar dari Allah untuk manusia adalah kemampuannya untuk menentukan pilihan. Saat ini anda boleh memilih; mau jadi orang sukses atau orang gagal! Anda sendirilah yang harus memilih satu di antaranya, karena andalah yang akan menjalani hidup dan akan menikmati hasilnya kelak.

Wallaahu A’lam

Baca Selengkapnya...

16 Juni 2009

What We Get is What We Want To Get

Sebagai orang yang berusaha "membudidayakan" kata maaf dalam kehidupan sehari-hari, ijinkanlah kali ini saya memohon maaf lagi kepada teman-teman semua jika akhir-akhir ini saya jarang berkunjung ke blog teman-teman semua atapun memberikan komentar atau sapaan di blog teman-teman. Walaupun bagi sebagian orang (mungkin) merasa pantang untuk mengucapkan kata "ajaib" yang satu ini, karena banyak anggapan bahwa orang yang meminta maaf akan dianggap lemah, kalah, atau tidak berdaya. Tapi bagi saya, memohon maaf berarti menunjukkan rasa rendah hati saya sebagai seorang manusia biasa yang tidak mungkin luput dari kesalahan. “Maaf” juga dapat membantu kita dalam ‘proses mengampuni’ diri sendiri - yang pada akhirnya dapat membawa ke proses ‘mengampuni orang lain’. “Maaf” bukan berarti kalah, sebaliknya, maaf membuat kita belajar menghargai orang lain yang pada akhirnya akan membawa ‘kemenangan tak terduga’ pada diri kita - “Maaf” memberi pelajaran bahwa ‘kebenaran adalah hak bagi semua orang’. Dan jangan takut untuk meminta maaf! Jangan pernah khawatir “Maaf”-mu tidak diterima. Bukankah di dalam lubuk hati terdalam setiap manusia, akan selalu ada keinginan untuk memaafkan dan mengampuni orang lain?

Nah, sekarang kembali ke laptop.. eh salah, kembali ke Topik. Kali ini saya akan sharing tentang sebuah cerita.

Alkisah ada seorang psikolog yang terkenal melakukan sebuah eksperimen luar biasa. Dia dan timnya memberikan sebuah tes IQ kepada seluruh murid di suatu sekolah sebelum akhir masa sekolah. Kemudian mereka memilih sepuluh siswa dan mengatakan pada setiap guru dari siswa itu, “Kesepuluh siswa ini akan berada di kelas Anda. Kami tahu dari tes mereka bahwa secara teknis mereka memang siswa yang cerdas. Anda akan melihat bahwa mereka semua akan menjadi yang teratas di dalam kelas mereka pada tahun ajaran berikutnya. Anda harus berjanji untuk tidak mengatakan hal ini kepada setiap murid, karena akibatnya akan merugikan mereka. ”
Dan para guru itu pun berjanji untuk tidak mengatakan apa pun kepada para siswa tersebut.
Padahal kenyataannya adalah bahwa tak satu pun siswa dari daftar tersebut benar-benar cerdas. Kesepuluh anak itu pun hanya dipilih secara acak dan kemudian diserahkan pada guru untuk dididik dan dibina.
--------------------------------------------------------
Setahun kemudian para psikolog itu kembali ke sekolah tersebut. Mereka menguji seluruh siswa. Beberapa dari mereka yang dikatakan cerdas tersebut nilainya naik tiga puluh enam poin. Para psikolog itu mengadakan wawancara dan bertanya kepada para guru, “Menurut Anda bagaimana murid-murid ini?” Para guru itu pun segera menyahut dengan menggunakan kata-kata sifat seperti “pintar”, “dinamis”,“menyenangkan”, “menarik”, dan sebagainya.

Apa yang telah terjadi pada siswa-siswa tersebut seandainya para guru tidak berpikir bahwa mereka memang cerdas di kelas? Justru guru itulah yang telah mengembangkan seluruh potensi siswa-siswa tersebut.

Seseorang yang biasa sekalipun, jika ia dilatih, dimotivasi, dan dimaksimalkan, hasilnya akan seperti 10 siswa beruntung tadi. Meskipun ia dipenuhi keterbatasan. Kita lihat bagaimana seorang Thomas Alfa Edison, yang dianggap siswa lamban di kelasnya, akhirnya menjadi salah seorang penemu terbanyak di sejarah modern. Entah bagaimana jadinya jika ia diperlakukan seperti kesepuluh anak tadi, wah.. bisa bisa bom atom muncul lebih dulu sebelum jamannya Einstein.

Kita lihat juga seorang Hellen Keller yang sudah tuli, bisu, dan buta sejak dia berumur kurang dari 2 tahun. Sebagai seorang biasa, kita mungkin akan bingung bagaimana mengatasinya dan bagaimana mengajarinya. Barangkali kita akan berpikir sebaiknya ia dibiarkan hidup, dimanja dan dilayani, meski ia tidak akan tahu apa-apa sampai ajalnya. Namun tidak dengan orang-orang dekatnya. Mereka menemukan suatu cara mengkomunikasikan dengan anaknya lewat indra perabanya. Ia pun tidak dimanja, justru dididik dengan keras, hingga akhirnya kita tahu bahwa Hellen Keller, dengan segala keterbatasannya bisa menjadi seorang pengacara tenar dan penulis ternama di masanya.

IQ kita memang boleh biasa-biasa saja, namun jangan salahkan kita apabila suatu saat kita bisa melampaui seseorang yang dianggap paling jenius di negeri ini. Jangan pernah menganggap anda adalah seorang rakyat kecil, hanya karena anda tidak punya kekuasaan atas orang disekitar anda. Jangan pernah menganggap anda miskin hanya karena anda tidak bisa membiayai sekolah anda. Dan Jangan pernah menganggap Anda bodoh, hanya karena anda kalah pintar dengan pesaing Anda.

Ingat kata-kata seorang Thomas Alfa Edison yang dahulu pernah dicap bodoh oleh guru-gurunya:

"Keberhasilan itu hanya 1% kejeniusan. 99% -nya adalah kerja keras"

Anggaplah bahwa anda adalah orang yang "besar" (tentunya tidak harus dalam arti fisik) yang mampu membawa orang disekitar kita menjadi lebih baik, orang yang sangat kaya sehingga mampu bersedekah, dan orang yang sangat pintar sehingga mampu mengamalkan ilmu yang dimiliki. Namun tentu saja, janganlah Anda sombong dan Takabur hanya karena anda menganggap semua itu secara berlebihan. However, Allah is The Greatest. Tuhan adalah Yang Maha Segalanya.

Kondisikanlah orang-orang disekitar Anda untuk menganggap anda sebagai orang yang lebih, dan kelebihan itu lama kelamaan akan muncul dalam diri anda dengan lebih cepat dari sebelumnya. Jika anda tidak bisa mengkondisikan orang-orang disekitar Anda untuk menganggap anda seperti para guru diatas menganggap sepuluh siswa beruntung, alihkan guru itu dan siswa itu menyatu dalam diri Anda. Anda adalah seorang guru yang menganggap diri anda juga sebagai murid yang pandai. Insya Allah, kepandaian itu juga akan datang asalkan anda juga belajar dan berusaha untuk meraihnya. What We Get is What We Want To Get...
Good Luck ya.. sobat!!!
Baca Selengkapnya...

12 Juni 2009

Indahnya Dikelilingi Sahabat & Dikelilingi Do'a

Pagi ini, cuaca cerah sekali. Sejak bangun tidur tadi pagi, yang diiringi suara kokok ayam jantan, kicau burung, alunan suara adzan dari masjid dekat rumah dan juga siaran berita di TV (seputar Manohara, penyiksaan TKI, kampanye Capres dan Cawapres, dan berita-berita lainnya yang terkadang bosan juga dengerinnya) plus sinar mentari yang menyinari alam raya dan menebarkan sinar kehangatanya, lengkap sudah rasa damai dan bahagia dalam jiwa ini. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah kau masih memberikan padaku nikmat kehidupan sampai dengan detik ini, sehingga aku masih bisa mensyukuri apa yang telah Engkau berikan padaku. Walaupun seminggu terakhir ini begitu banyak kegiatan dan pekerjaan yang cukup menyita waktuku dan melelahkanku (maaf teman-teman klo beberapa hari terakhir ini diriku jadi jarang On Line dan blog walking ke tempat teman-teman semua), tapi aku tetap mensyukuri dan menikmatinya sebagai bagian dari rasa syukurku kepada MU. Untuk apa mengeluh, karena mengeluh juga tidak akan membuat segala sesuatunya berjalan dengan lebih baik.

Hari ini saya mendapatkan ”hadiah spesial” dari teman yang mengingatkanku bagaimana menyikapi ritme kehidupan. Yaitu sebuah email yang isinya ”sangat dalam artinya” bagiku. Sebuah email yang menceritakan kisah kehidupan sebuah keluarga sederhana yang selalu dikelilingi do’a dalam kehidupannya dan bagaimana mereka memaknai hidup ini.

”Hidup ini terasa lebih indah jika kita bisa saling mengingatkan serta saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Lebih indah lagi, jika kita bisa melengkapinya dengan saling mendo’akan.”

Keindahan hidup seperti itulah yang masih bisa kita rasakan selagi kita masih memiliki sahabat maupun saudara. Sahabat dan saudara yang tak segan-segan berdo’a di hadapan kita atau mengirimkan do’anya tanpa sepengetahuan kita, hanya karena mereka ”menyayangi” kita.
Love U All sahabatku....
Inilah kisahnya...

===========================

Harus saya syukuri, betapa diri ini menyadari bahwa dalam perjalanan panjang hidup ini, teramat banyak orang-orang yang tulus berdoa untuk kebaikan, keselamatan, juga keberkahan saya dan keluarga. Misalnya beberapa tahun lalu ketika kami masih menyewa sebuah rumah petak di Bogor dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, mulai dari ibu, adik, kakak, dan sahabat yang pernah singgah berucap kalimat yang sama, “semoga cepat punya rumah yang layak ya…”

Ketika itu, saya tidak pernah malu untuk mengajak dan menawarkan siapapun untuk singgah ke rumah ‘kontrakan’ saya. Hanya karena rumah kami kurang layak, bukan berarti menghalangi niat baik untuk menyambung silaturahmi. Meski saya tidak meminta, mereka tetap mendoakan untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya. Dan mungkin atas doa mereka jugalah, kini saya dan keluarga sudah bisa menikmati tinggal di rumah sendiri.

Cerita lain ketika saya sering mengajak isteri dan anak-anak jalan-jalan. Suatu hari kami bertemu dengan seorang sahabat di sebuah angkutan umum dan dia bertanya, “ biasanya pakai motor, motornya kemana?”. Obrolan pun berlanjut ke hal lain, karena ia sudah mendapatkan jawaban dari saya soal motor tersebut. Menjelang berpisah, tak lupa ia menitipkan satu kalimat yang saya anggap itu sebagai doa, “mudah-mudahan cepat ada gantinya ya”.

Segera saya mengamini kalimat sahabat saya itu. Puji syukur kepada Nya bahwa kemudian saya diberikan kesempatan untuk memiliki sepeda motor, walau harus mencicilnya terlebih dahulu selama tiga tahun. Setidaknya saya semakin sadar, bahwa saya harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan NYA. Boleh jadi juga, doa sahabat-sahabat lah yang Allah kabulkan sehingga saya kembali mengantar anak-anak ke sekolah atau mengunjungi orang tua dengan bersepeda motor.

Nah, giliran sudah punya motor, sudah punya rumah, alhamdulillah tetap saja ada yang masih mendoakan kami. Tentu saja dengan cara-cara yang berbeda. Misalnya saja, seorang sahabat yang singgah di rumah saya di Sawangan belum lama ini, berkomentar “Kapan dikasih pagar nih rumahnya?” atau ketika puteri ketiga saya lahir, “Wah, puterinya sudah bertambah, berarti mesti bikin kamar lagi nih di lantai atas…”

Saya selalu menilai positif kalimat-kalimat penuh makna persahabatan itu dan menganggapnya sebagai doa. Begitu juga ketika para tetangga melihat motor kesayangan kami ditumpangi lima orang yaitu saya, isteri, dan tiga puteri saya, mereka berujar, “Sudah harus ganti roda empat tuh…”

Di jalan raya pun demikian. Setiap kami menunggangi motor berlima dan berhenti di lampu lalu lintas, entah itu perjalanan ke Bogor maupun ke Tangerang selalu ada orang yang menyapa, “Masya Allah pak… hati-hati ya bawa motornya. Mudah-mudahan cepat punya mobil ya…”, ini masih lebih enak terdengar. Ada juga yang begini, “Ya Allah, kurang banyak pak bawaannya…”
Saya sempatkan untuk tersenyum kepada mereka, dan berujar, “amiin, terima kasih doanya ya. Alhamdulillah saya masih punya motor, sementara saya nikmati saja dulu…”. Tak sedikipun saya tersinggung dengan segala ucapan mereka di jalan raya, toh sebaliknya saya pikir itu adalah sebuah do'a dan saya berterima kasih. “tinggal mengamini saja kok repot…”

Sekali lagi, saya benar-benar menyadari dan yakin bahwa satu dari sekian banyak rasa anugerah yang wajib kita syukuri adalah lantaran hidup kita ini dikelilingi oleh do'a. Do'a orang tua, keluarga, para sahabat bahkan orang-orang yang tidak kita kenal secara langsung. Lantas, kenapa masih murung dan berputus asa? (gaw)

=========================

Pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah di atas adalah:

1. Selalu ber- positive thinking kepada NYA, karena DIA lah yang maha tahu atas segala sesuatu yang terjadi pada kita. Entah itu ujian berupa kebahagiaan/kenikmatan, maupun ujian dalam bentuk musibah.
2. Jalani hidup ini dengan ikhlas, jangan mudah berputus asa. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah segala sesuatunya menjadi lebih baik. Karena Tuhan juga tidak akan menguji umat NYA diluar kemampuan umat NYA.
3. Perbanyaklah silaturahmi dan galanglah persaudaraan/persahabatan. Semakin banyak sahabat (teman dalam suka dan duka), maka Insya Allah akan semakin banyak yang “berdo’a” buat kita. Intinya, saling mendo’akan antar teman/keluarga, baik tanpa sepengetahuan ataupun sepengetahuan yang kita do’akan.

Jikalau hidup kita dikelilingi do’a dari orang-orang yang mencintai kita, hmmmmm…. siapa sih yang ngga mau??
Baca Selengkapnya...

08 Juni 2009

Semailah Kebaikan Setiap Waktu, Selagi Bisa

Waktu itu sebenarnya ibarat ladang amal bagi kita yang menyadari arti penting dari waktu yang telah diberikan Nya kepada kita. Bagi yang muslim, Allah SWT telah menyediakannya agar kita menggunakannya sebagai modal penting menggapai ridha dan surga-Nya. Karena keutamaan seseorang di sisi Allah adalah selain ditentukan oleh keimanan dan amal shalihnya, juga ditentukan oleh faktor keterdahuluannya dalam mewujudkan rasa keimanan dan mengerjakan amal shalihnya. Misalnya tidaklah sama antara jamaah yang berada di shaf awal dalam shalat dengan yang berada di barisan paling belakang, dan seterusnya.

Demikian juga bagi yang non muslim, pasti Tuhan telah mengkaruniakan waktu kepada umat Nya untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dipergunakan untuk banyak beribadah kepada Nya, beramal di jalan Nya, dan berbagai kegiatan rohani yang lain diluar segala aktifitas duniawi yang juga kita lakukan.


Saudaraku…
Segala hal yang ada dalam kehidupan orang yang beriman bisa menjadi ladang amal kebaikan. Kita membuang sampah pada tempatnya itu amal baik. Berniat tidak bohong itu amal mulia. Mengucapkan salam kepada kawan itu amal yang terpuji. Mendo’akan teman/saudara kendati mereka tidak mengetahuinya, itu juga amal shaleh. Dan masih banyak lagi amal shaleh, amal kebajikan yang bisa kita lakukan, sekalipun kita tak memiliki sesuatu apapun (harta). Tuhan dengan segala keadilan-Nya memberikan peluang amal kepada masing-masing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan mendapatkan ridha Nya. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari kuantitasnya, tapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang tergantung kepada motivasi dan niatnya. Boleh jadi infak seorang buruh sebesar 1000 rupiah, itu dimata Nya sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah Rp. 1.000.000.000,00. Seorang murid barangkali lebih mulia dibandingkan dengan seorang gurunya, karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru merasa cukup dengan ilmunya.

Selanjutnya, mengapa kita mesti menyegerakan dalam beramal?
1. Karena asset waktu yang kita miliki hanyalah saat ini.
Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan kemarin tidak bisa kita ulang lagi. Ia menjadi kenangan saat ini. Jika kebaikan, bersyukurlah kita, dan jika keburukan menyesallah bersama orang-orang yang menyesal. Masih beruntung jika kita bersyukur hari ini, bukan saat di mana penyesalan tidak ada artinya lagi. Esok hari juga belum tentu menjadi milik kita, kita tidak tahu apakah esok hari masih bisa menghirup udara pagi?

2. Karena kemuliaan derajat seseorang di sisi Nya adalah disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya.
Orang tua akan senang jika menyuruh anaknya mengerjakan sesuatu dan perintahnya tersebut segera dikerjakan oleh anaknya. Sebaliknya ia akan marah jika si anak menunda-nunda mengerjakannya. Bila orang tua kita marah jika kita menunda-nunda pekerjaan yang telah diperintahkan kepada kita untuk segera dikerjakan adalah sangat wajar dan lumrah bila Allah juga akan “marah” pada kita bila kita melanggar perintah Nya bukan??

3. Karena setiap waktu ada momentnya sendiri.
Setiap waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali amal perbuatan yang sangat terkait dengan waktu. Misalnya ketika waktunya berakhir, berakhir pula kesempatan untuk mengerjakannya. Seperti shalat, puasa, haji, berkurban, dan lain sebagainya.

4. Kesempatan beramal juga diberikan kepada seseorang pada waktu-waktu tertentu dan sesuai porsinya.
Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya. Seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya. Jangan sampai pada saat Tuhan mencabut segala kesempatan yang telah diberikan Nya itu, kita baru menyadari bahwa kita sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Kesehatan, waktu luang, hidup, masa muda, dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal. Gunakan sebaik-baiknya masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehat mu sebelum datang masa sakitmu, dan waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu.

Saudaraku…
Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat, sampai ajal/maut menjemput kita.
Semoga bermanfaat…

Baca Selengkapnya...

05 Juni 2009

Berbuat Kebaikan Tidak Ada Ruginya

"jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendir” (Al-Isra’:7)

Setiap orang akan menuai apa yang ditanam
Tidak semua orang mampu berpikir panjang. Apalagi dengan perhitungan yang teliti. Itulah kenapa tidak sedikit yang melakukan sesuatu cuma buat keuntungan sesaat.

“Yang penting saya untung, peduli amat orang lain!”

Padahal, alam mengajarkan bahwa aksi sama dengan reaksi. Apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Ada banjir karena keseimbangan alam terganggu: penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain. Begitu pun dalam pergaulan sesama manusia. Kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya pun tak jauh dari kebaikan. Bahkan, mungkin lebih. Kita lihat tingkah para pedagang, baik barang maupun jasa, paham sekali rumus ini. Kalau mereka ingin mendapat kebaikan dari konsumen, pancingannya pun dengan sesuatu yang baik. Ada pedagang yang menyediakan air minum kemasan gratis, keramahan para pelayan, bahkan ruangan khusus untuk menunggu. Mereka menganggap: konsumen adalah raja.


Jika kita tidak ingin keburukan, begitu pun orang lain
Semua orang ingin mendapatkan yang baik. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang ingin mendapatkan yang buruk. Cuma masalahnya, sikap itu tidak diiringi dengan aksi yang positif. Ketika menginginkan selalu ingin mendapatkan yang baik, tapi saat memberi selalu/sering yang buruk. Ayo, bener ngga sih??
Sebenarnya, ketika seorang melakukan sesuatu yang buruk, saat itu juga ia sedang berharap ada keburukan yang akan ia terima, baik itu disadari ataupun tidak. Sayangnya, jarang yang mau bercermin diri: apa yang telah saya lakukan? Lebih banyak mana: baik atau buruk? Baru kemudian, kenapa orang lain berbuat buruk pada saya?
Padalah Agama telah mengajarkan untuk membalas keburukan dengan cara yang terbaik.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Ini memang berat. Ajaran ini lebih tinggi dari sekadar kebaikan berbalas kebaikan, dan keburukan berbalas hal serupa. Lebih dari itu, memberikan reaksi dari sebuah keburukan dengan sudut pandang positif. Dan hasilnya sangat luar biasa. Keburukan bukan hanya hilang, tapi berganti dengan kebaikan.

Berpikirlah apa yang bisa diberikan, bukan yang diterima
Semangat berbuat baik memang tidak akan tumbuh dari mereka yang punya sikap pasif. Ketika yang dipikirkan seseorang cuma bagaimana menerima, darimana datangnya penerimaan; seluruh otot aktivitasnya menjadi mandul. Semangat berbuat baiknya sudah mati sebelum fisiknya benar-benar mati. Tentunya, sulit mendapatkan sesuatu yang positif dari orang tipe ini. Jangankan membalas keburukan dengan kebaikan, mengawali kebaikan pun terasa berat. Semua aktivitasnya terkungkung dalam kalkulator sempit. Hitungannya selalu pada keuntungan materi sesaat. Bukan sesuatu yang lebih mahal dari sekadar materi. Antara lain, ketenangan, keharmonisan, cinta dan persaudaraan.
Tokoh Anwar Ibrahim mungkin salah satu contoh baik. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ini pernah difitnah secara keji. Tidak tanggung-tanggung, ia dituduh pelaku korupsi dan kejahatan homoseksual. Namun, seluruh warga tempat tinggalnya siap menjadi saksi: bahwa Anwar mustahil seperti yang dituduhkan. Itulah buah baik yang selama ini telah ditanam Anwar. Masyarakat sekitarnya, tanpa diminta pun, siap menjadi pembela.

Dari uraian di atas kita jadi tahu bahwa pada prinsipnya tidak ada ruginya kok berbuat baik kepada oranglain, bahkan kepada orang yang telah berbuat ”jahat” kepada kita. Capek klo tiap kali ada yang berbuat jahat pada kita, kita sibuk memikirkan untuk balas dendam atas kejahatan yang telah dilakukannya, dst...dst.. saling membalas dendam yang tidak ada akhirnya, itulah yang akan terjadi. Dan sepertinya hal seperti itu gampang sekali kita temukan saat ini.
Ingatlah bahwa Tuhan itu Maha Tahu, Maha Adil dan Tidak Tidur. Kebaikan kita sekecil apapun pasti akan dilihat Nya, dan akan bernilai pahala dimata Nya (asal dilakukan dengan ikhlas). So... .. tunggu apa lagi....berbuat baik yukkkk...

Baca Selengkapnya...

02 Juni 2009

Jadilah Diri Anda Sendiri

Sahabatku, sesungguhnya salah satu pintu masuk menuju kebahagiaan adalah, ketika kita menjadi diri kita sendiri. Keyakinan kita dengan potensi, bakat, kekuatan dan karakteristik yang ada pada diri kita, membuat kita merasakan keistimewaan dan keunikan yang kita miliki.

Janganlah ragu wahai sahabat, bila kita sudah menemukan bakat kita, sekalipun menurut orang lain adalah sesuatu yang remeh. Ketika kita menjadi diri kita sendiri, maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia.

Jika Anda berkumpul dengan orang-orang yang pintar pada satu bidang, yang mana bidang itu bukan keahlian Anda, jangan Anda katakan pada mereka bahwa keahlian yang mereka miliki juga Anda miliki. Keinginan Anda hidup dibawah bayang-bayang mereka justru akan melemahkan kedudukan Anda. Mengapa? Karena hal itu jelas akan menghilangkan kelebihan yang ada dalam diri Anda. Anda hanya berkutat pada kekurangan yang ada pada diri Anda. Dan jelas pada akhirnya akan melemahkan Anda, membuat Anda tidak bisa melangkah lebih jauh, dunia ini terasa sangat sempit. Jack Trout dalam bukunya yang cukup mencerahkan, Differentiatie or Die, berkata tentang hal ini: Jika Anda mengabaikan keunikan Anda dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan semua orang, Anda langsung melemahkan apa yang membuat Anda “berbeda”.


Jujurlah dan katakan pada mereka, "Maaf, ini bukan bidang saya". Saya kurang ahli pada masalah yang kini sedang kalian bicarakan. Tapi saya punya keahlian di bidang yang lain. Saya tidak tahu, apakah keahlian saya dapat digunakan untuk membantu kalian atau tidak. Ketika Anda memberitahukan kepada mereka bahwa keahlian Anda di bidang B bukan A, mereka akan lebih antusias kepada Anda. Mereka akan lebih percaya, salut dan bangga berteman dengan Anda. Anda adalah sesuatu yang berbeda dengan lainnya.

Wahai sahabatku,
Tidak ingin menjadi diri kita sendiri disebabkan oleh keinginan kita untuk mendapatkan pujian manusia. Kita ingin menjadi populer di mata masyarakat. Sebuah hasil penelitian psikologi menyebutkan: orang-orang yang ingin menjadi populer seringkali tidak jujur. Dan mereka sendiri senang dipuji dengan amal yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (QS. 3: 188).

Membuat diri terkenal, itu bukan tujuan hidup kita. Kita hanya disuruh berbuat sebaik mungkin. Jika niat kita sudah salah, maka hasilnya pun akan tidak maksimal. Jika niat kita ingin terkenal tidak segera terwujud, kita hanya bisa larut dalam kesedihan karena tujuan hidup kita sudah terkandaskan. Sedangkan tujuan itu sendiri adalah final kehidupan. Tidak ada lagi kehidupan sesudah gagal mencapai titik final.

Berbeda dengan orang yang menyesuaikan tujuan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Nya (”beribadah” disini artinya adalah melakukan suatu perbuatan hanya karena ingin mendapatkan ridho dan pahala dari Nya semata); kegagalan dalam menghadapi sebuah episode kehidupan dunia ini bukan berarti kegagalan segala-galanya. Jangan berambisi mencari popularitas, karena tabiat tersebut adalah indikasi dari kekeruhan jiwa, kegelisahan, dan keresahan (Dr. Aidh Al Qarni). Seburuk apapun karya kita dan sekecil apa pun prestasi kita, hargailah itu! Semua itu kita peroleh dari hasil kerja keras kita, hasil kejeniusan otak kita, dan hasil kreativitas kita.

Sungguh, alangkah berbahagianya orang yang mencari ridha hanya kepada Nya semata. Dia tidak ingin menjadi populer di mata masyarakat. Jika masyarakat tidak menghargai karyanya, itu hal biasa baginya, karena menurutnya: Kebanyakan manusia tiada mengetahui. Artinya hanya sedikit saja manusia yang dapat memahami kebenaran. Namun, bukan berarti bahwa dirinya lebih hebat dan lebih suci dari orang lain. Dan jika masyarakat menghargai karyanya, sekali-kali tidaklah ia menyombongkan diri (QS. 8: 47).

Wahai sahabat, Hiduplah dengan menjadi diri Anda sendiri walaupun terkadang itu tidak mudah melakukannya.
Semoga bermanfaat

Baca Selengkapnya...

30 Mei 2009

Tidak Ada Yang Sia-Sia

Terima kasih kepada seorang sahabat yang telah menyadarkanku bahwa tidak ada yang sia-sia, apa yang terjadi ataupun diciptakan di muka bumi ini. Semua pasti ada tujuan dan maksudnya, mengapa itu terjadi, dan mengapa itu diciptakan. Jadi optimislah dalam hidup ini.

Optimisme adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dan mengalir sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud. Mungkin saja kita pernah atau bahkan sering mengalami pengalaman buruk yang tak mengenakkan (bagi diri kita dan menurut pandangan kita), maka keburukan itu hanya karena kita melihat dari salah satu sisi mata uang saja. Bila kita berani menengok ke sisi yang lain, maka kita akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda. Dan yang terpenting adalah janganlah pernah ber-negative thinking (berprasangka buruk) tentang apa yang telah diberikan Nya kepada kita untuk kita jalani. Karena ingat, Dia lah yang Maha Tahu, Maha Segalanya. Selalu berprasangka baik (positive thinking), dan yakinlah pasti ada hikmah di balik semua nya.

Sikap optimis dalam menghadapi kehidupan tidak harus ditunjukkan dengan wajah yang tersenyum terus atau menampakkan wajah yang selalu ceria. Optimisme terletak di dalam hati, bukan hanya terpampang di muka. Jadilah optimis, karena hidup ini terlalu rumit untuk dipandang dengan mengerutkan alis. Orang yang optimis, akan memandang hidup jauh ke depan, dengan penuh impian dan mempunyai tujuan. Tujuan dalam kehidupan harus kita miliki, agar kita sebagai nakhoda bagi kehidupan kita sendiri tau bagaimana mengarahkan kemudi kehidupan kita dan ingin dibawa kearah mana. Individu - individu yang optimis lah yang benar - benar sangat menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan ini ibarat PERMAINAN CATUR, "the game of life is lot like ches ... you have to tackle your problem, blok your fears, and score your points when you get the opportunity ", == hidup bagaikan permainan catur ... hadapi masalah, taklukan rasa takut dan menang ketika kesempatan itu datang...

Saya pribadi setuju dengan falsafah ini, dan juga sangat meyakini bahwa kesempatan itu tidak bisa hanya ditunggu sampai kesempatan itu datang. Serta sangat tebal juga keyakinan saya bahwa Yang Maha Kuasa itu sesungguhnya telah menganugerahi kita talenta agar bisa memberdayakan segala kemampuan kita secara maksimal dan optimum untuk menciptakan berbagai kesempatan dan peluang, jangan bertopang dagu menunggu hingga kesempatan itu datang tiba - tiba kehadapan kita.

Sedangkan pesimistis adalah suatu bentuk kebodohan karena kita tidak menyusun suatu rencana untuk suatu tujuan yang akan kita capai, tapi kita sudah menyerah sebelum berperang. Padahal Allah berfirman "Aku tidak merubah nasib hambaKu, jika dia sendiri tidak berusaha mengubahnya," dan "Aku sesuai prasangka Hamba-Ku".
Jadi apakah kita mau selalu bersikap pesimis, dan beranggapan bahwa apa yang akan kita lakukan hanyalah sia-sia belaka?

Renungan:
Setiap tetes air yang keluar dari mata air tahu bahwa mereka mengalir menuju ke laut. Meski harus melalui anak sungai, selokan, kali keruh, danau dan muara, mereka yakin perjalanan mereka bukan tanpa tujuan. Bahkan, ketika menunggu di samudra, setiap tetes air tahu, bahwa suatu saat panas dan angin akan membawa mereka ke puncak-puncak gunung. Menjadi awan dan menurunkan hujan. Sebagian menyuburkan rerumputan, sebagian tertampung dalam sumur-sumur. Sebagian kembali ke laut.

Semoga bermanfaat
Baca Selengkapnya...

27 Mei 2009

Tangan Di Atas Lebih Baik Dari Tangan Di Bawah

Maaf, ini bukan promosi nama salah satu program realiti show yang ada di salah satu TV swasta yang ada, tapi hanya berusaha sharing sebuah cerita yang saya dapat dari email seorang teman.

Alkisah, di salah satu sudut kota Pontianak, ada seorang wanita yang bernama Memei. Entah siapa nama lengkapnya, namun hanya dengan kata itu ia biasa disapa. Tempat tinggalnya di seberang kota Pontianak, dipisahkan sebuah jembatan yang membelah Sungai Kapuas. Dengan menggunakan sampan, dilanjutkan berjalan kaki, Memei suka berkunjung ke rumah-rumah. Kedatangannya kadang disambut dengan gembira oleh seluruh penghuninya, tak jarang pula sebaliknya.
Memei bukan orang terkenal, bukan pula artis, apalagi seorang calon bintang jebolan AFI, Indonesian Idol bahkan KDI. Jelaslah bukan. Tubuhnya kecil mungil, dibalut kulit yang hitam legam karena selalu mandi sinar mentari. Namun kecantikan di masa mudanya masih tersisa. Hidung mancung, juga senyum dan gaya tertawa membuat orang lain suka melihatnya, padahal tak satu jua giginya yang tampak ada. Ia memang orang biasa, bahkan mungkin teramat biasa. Seorang nenek yang mempunyai beberapa cucu dari anak-anaknya, hidup dengan sangat sederhana. Ke-empat anaknya pun hanyalah rakyat jelata, yang setiap hari harus mengadu nasib agar tak tergusur oleh kerasnya kehidupan. Sebagai seorang yang mulai renta, mestinya Memei bisa menikmati masa tuanya dengan bahagia. Duduk di sebuah kursi goyang kayu untuk menghabiskan waktu, atau bermain dengan cucu-cucu. Namun usia tua tak menghalanginya untuk selalu ke luar rumah, mengetuk pintu-pintu, menawarkan jasanya. Ya...Memei hanyalah seorang pemijat. Berbekalkan lotion atau minyak urut, ia berkeliling ke setiap rumah. Di usia yang semakin senja, dan kemiskinan yang mengguratnya, ia tak mau hanya sekedar meminta-minta. Padahal siapa saja yang melihatnya pasti jatuh kasihan. Dengan keahliannya memijat, ada saja orang yang memerlukan jasanya, namun sering pula ia pulang dengan tangan hampa. Memei pun tak malu kalau diminta mengepel lantai rumah, dan selalu dilakukannya dengan tangan. Disapunya kain lap di setiap permukaan lantai, dikoreknya setiap lubang yang ada sampah, lalu tangannya meliuk-liuk bagaikan membelai dan mengurut tubuh-tubuh yang lelah. Tak jarang pula ia diminta menunggui rumah karena seluruh penghuninya harus pergi bekerja. Untuk setiap jasanya, Memei tak pernah meminta uang lebih sebagai upah, cukup sekedarnya saja. Kini Memei mungkin masih mengitari setiap rumah, menyusuri sebagian jalan di kota Pontianak. Turut menghirup asap knalpot dan debu jalanan yang pekat, serta bermandikan sengatan terik mentari Khatulistiwa.

Memei adalah seorang pemijat, bahkan tua, bisu dan tuli. Tapi ingatlah, Allah tak akan pernah menciptakan setiap makhluk dengan sia-sia. Dari setiap ciptaan, pasti begitu banyak hikmah yang mengalun indah. Mengajarkan kepada setiap hamba-Nya, untuk selalu memetik pelajaran dari apa yang tercipta di dunia. Memei telah mengajarkan bahwa cinta dan kasih sayang adalah kerja yang penuh berkah. Baginya, usia tua dan kemiskinan bukanlah alasan untuk sekedar menengadahkan tangan sambil meminta sedekah. Kehidupan baginya adalah mempunyai makna bekerja, bukan dengan bermanja-manja. Sikapnya yang amanah, pun mestinya bisa jadi cermin bagi siapa saja. Begitu malunya kita yang masih muda (lebih muda dari Memei) bila hanya berpangku tangan atau mungkin hanya menengadahkan tangan meminta bantuan yang lain, tanpa adanya satu keringatpun yang keluar dari diri kita.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari seorang sosok wanita yang bernama Memei ini. Di segala keterbatasan dan kekurangannya, begitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Kita yang masih muda, seharusnya meniru sosok perjuangan Memei yang tak kenal lelah dan tak mudah putus asa atas segala kekurangan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Semangatlah dalam mengarungi hidup ini.

Baca Selengkapnya...

26 Mei 2009

Susu Sapi Bukan Untuk Manusia

Cerita ini berawal ketika Om saya mengantar anak tunggalnya (yang waktu itu masih SD) ke salah satu dokter spesialis anak di Jakarta. Melihat sosok lelaki tua (sang dokter), dengan kulit yang masih "mulus" untuk ukuran umur sebayanya, om saya pun mulai iseng menanyakan resep kemulusan kulitnya. Akhirnya dijelaskanlah panjang lebar pertanyaan om saya tersebut, dan Beliau tidak memperdulikan pasien berderet diluar yang masih dengan sabar ngantri. Resepnya adalah Beliau tidak minum susu dan Beliau tidak makan daging hewan.

Kemudian beliau menjelaskan lagi bahwa struktur tubuh manusia mulai dari gigi sampai dengan pencernaan itu mendekati sama dengan binatang seperti kuda, sapi, kambing dan lain-lain yang pemakan rumput, daun serta biji-bijian (herbivora). Sehingga manusia yang berumur diatas dua tahun hendaknya sudah tidak memerlukan susu lagi. Adapun masalah daging, hewan-hewan pemakan daging (carnivora) jika tidak makan daging tentu badannya akan lemas, tetapi tidak halnya dengan manusia. Manusia jika makan daging justru akan membebani pencernaannya. Beliau menganjurkan agar makan makanan dari tumbuh-tumbuhan seperti biji-bijian dan daun-daunan atau bisa juga makan ikan (ikan air laut ataupun air tawar). Jika diperlukan daging, ambil kaldunya saja atau dikunyah dan ampasnya dibuang, tidak ditelan. Jangan khawatir dengan tidak mengkomsumsi daging dan susu. Lihatlah kuda, tidak makan daging dan tidak minum susu tetapi tenaganya hebat, sampai dibuat satuan tenaga yaitu Horse Power (HP).

Jadi menurut beliau yang harus dilakukan adalah:

  • anak diatas dua tahun tidak perlu susu = batas menyusui dengan ASI kan hanya 2 tahun
  • porsi makan berimbang sesuai kebutuhan = berhenti makan sebelum kenyang
  • pencernaan perlu istirahat, secara rutin adalah jarak makan pagi, siang, malam dan secara berkala dalam periode tertentu = puasa
Uraian tersebut diatas adalah rahasia kebugaran dan kemulusan kulit sang dokter.
Pendapat sang dokter itu ternyata sedikit bertentangan dengan realita yang ada saat ini. Dimana masih kita jumpai sampai usia lanjut pun orang masih mengkonsumsi susu. Padahal kita juga pasti sadar dan paham bahwa TIDAK ADA makhluk hidup di dunia ini yang ketika sudah usia dewasa masih minum susu, kecuali manusia bukan??. Apakah manusia menyalahi perilaku alami yang seperti itu?

Menurut Prof. Dr. Hiromi (penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme) "Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,". Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya. Hmmmm bener juga ya???

Mengapa susu sapi paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu sapi itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Prof. Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu. Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/ minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar. Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan. Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot. Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk". Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian. Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim. Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering. Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

Nah..... bagaimana sekarang?? Semua terserah Anda, para pembaca. Ada komentar?? Silahkan. Mari kita diskusikan bersama-sama.

Baca Selengkapnya...

24 Mei 2009

Tuhan Menjawab Do'a Dengan Caranya


"Masalah terbesar dari doa adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan cara-Nya (Glenn Clark)"

Pada suatu hari, ada seorang wanita sedang mengajar keponakannya. Sang keponakan biasanya menyimak apa yang diajarkan bibinya, tetapi kali ini dia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Ternyata salah satu kelerengnya hilang.

Tiba-tiba anak itu berkata: "Bi, bolehkan aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku?".
Ketika bibinya mengizinkan, anak itu berlutut di kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Kemudian dia bangkit dan melanjutkan pelajaran. Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab dan (dengan demikian melemahkan imannya, ...) dengan khawatir bertanya:
"Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?".
"Tidak Bi", jawab anak itu, "tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi".

Alangkah indahnya iman anak itu. Terkadang kita sering berburuk sangka pada Nya karena do'a kita yang tidak terkabulkan oleh Nya. Tapi yakinlah Tuhan mendengarkan do'a kita dan pasti akan mengabulkannya.
Contoh misalkan, ada anak berusia 5 (lima) tahun, tapi dia merengek-rengek minta diberikan uang Rp 100,000.00 untuk jajan di warung, apakah kita sebagai orang tua akan langsung mengabulkan permintaan anak itu?? Tentu tidak bukan. Karena uang Rp 100,000.00 untuk anak seusianya terlalu besar, dan terlalu banyak uang sejumlah itu bila hanya untuk jajan di warung. Begitu pula halnya dengan Allah, Tuhan yang Maha Segalanya. Dia pasti tahu apa yang terbaik bagi kita umat Nya, dan apa yang harus ditangguhkan dulu pemberiannya. Dan Insya Allah ada hikmah dibalik semua kejadian yang ada di dalam hidup ini (bila kita menyadarinya). Karena apa yang terlihat baik buat kita, belum tentu baik menurut Nya.

Terkadang memang terjadi sedikit kerancuan antara Do'a dan keinginan kita.
Keinginan kita, yang kita manifestasikan dalam bentuk do'a kepada Tuhan... itu BELUM PASTI DIKABULKAN sesuai dengan keinginan kita tersebut. Karena apa? Karena Tuhan mempunyai cara sendiri tentang bagaimana Dia "menyikapi" do'a-do'a dari para manusia ini. Ada 3 (tiga) cara berbeda dalam mengabulkan do'a kita.

1. Do'a yang dikabulkan langsung

Ini adalah do'anya para Nabi dan Rasul. Setiap Nabi dan Rasul itu diberikan "fasilitas khusus" oleh Allah dengan segera mengabulkan do'a yang dimintakan kepada-Nya, karena Dia menilai para Nabi dan Rasul itu benar-benar mempunyai pikiran dan hati nurani yang suci dibandingkan dengan manusia biasa seperti kita ini. Oleh sebab itu setiap do'a Nabi maupun Rasul, pasti akan langsung dikabulkan-Nya persis sesuai dengan isi do'anya. Do'a seperti ini "bukan fasilitas buat kita", karena jika kita sebagai manusia biasa diberikan fasilitas khusus seperti ini...wah bisa sangat membahayakan seluruh umat manusia. Kita bisa "seenaknya saja" meminta sesuatu kepada Tuhan. Benar kan??

2. Do'a yang dikabulkan-Nya, tapi digantikan dengan yang lebih baik:
Inilah fasilitas do'a bagi kita manusia biasa. Ingatlah bahwa apa yang kelihatan baik buat kita, mungkin belum tentu baik menurut Nya. Allah jelas lebih tahu segala sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita. Oleh sebab itu, do'a yang kita panjatkan kepada Nya, kadangkala digantikan oleh-Nya dengan yang lebih baik bagi kita yang berdo'a. Misalnya, mungkin saja Anda berdo'a meminta rejeki materi yang banyak, ternyata do'a Anda itu digantikan-Nya dengan cara menyelamatkan "nyawa" Anda dari sebuah kecelakaan maut, sehingga Anda tetap segar bugar dan sehat sampai sekarang ini. Do'a Anda tetap dikabulkan, tetapi itu digantikan oleh Allah dengan yang lebih baik untuk kehidupan Anda.
Ingatlah untuk selalu berpositif "thinking" pada Nya.

3. Do'a yang dikabulkan-Nya, tapi masih digantungkan:
Do'a yang seperti ini juga merupakan fasilitas bagi kita. Setiap permohonan kita kepada Nya lewat do'a pasti dikabulkan. Allah sudah memberikan hasil do'a kita. Dalam hal ini, hasil do'a kita tersebut tidak langsung diberikan ke kita, tetapi masih "digantungkan di atas" kita. Manusia yang berdo'a diberikan "tugas dan kewajiban" untuk meraih hasil do'anya yang masih tergantung tersebut. Dengan kalimat lain, jika Anda berdo'a memohon rezeki materi, makaDia sudah mengabulkan do'a Anda, tetapi Dia meletakkan hasil do'a itu (rezeki materi) "di atas" Anda, sehingga Anda harus punya daya upaya sekuat tenaga untuk mengambilnya. Anda harus berjuang untuk benar-benar meraih hasil do'a yang telah ada di atas Anda itu. Itulah tugas dan kewajiban Anda. Kalau Anda sudah mau menunaikan tugas dan kewajiban Anda ini, maka barulah Anda bisa benar-benar menikmati hasil do'a Anda itu di dalam kehidupan Anda.

Memang terkadang Allah mengabulkan do'a kita dengan cara yang tidak kita mengerti sebagai seorang makhluk yang lemah, tapi yakinlah bahwa Dia pasti mengabulkan do'a kita. Yang terpenting adalah selalu ingatlah Dia, jangan hanya mengingat Nya ketika kita memerlukan kehadiran Nya saja. Padahal Dia selalu ada di setiap hela nafas yang kita hirup setiap detiknya. Bersikaplah adil kepada Nya. Bila kita ingin diperhatikan Nya, maka "perhatikan" lah dia di setiap detik kehidupan yang telah diberikan Nya untuk kita. Jangan melupakan Nya walau sedetikpun.
Baca Selengkapnya...

22 Mei 2009

Nasehat Untuk Diri Sendiri

Dalam hidup ini terkadang ada hal-hal yang tidak kita duga bisa terjadi. Persoalan seolah seperti gelombang yang datang silih berganti tanpa memberi kesempatan kepada kita untuk sekedar bernafas, mengambil jeda satu persoalan ke persoalan yang lain. Penting untuk dijadikan pegangan bahwa jangan pernah berfikir bahwa hidup adalah untuk bersenang-senang, fikirkanlah hidup ini adalah untuk berjuang karena sesungguhnya hidup ini adalah lahan untuk perjuangan. Kalau kita membayangkan hidup ini untuk bersenang-senang maka pastilah banyak yang mengecewakan dalam hidup ini. Kalau yang kita fikirkan adalah berjuang, niscaya banyak kesenangan yang akan kita dapatkan.

Pikiran dan keinginan setiap orang tidaklah selalu sama, tidaklah mudah atau hampir mustahil untuk mengakomodasi semua keinginan itu, tetapi berpihak pada satu keinginan orang bukanlah sikap yang adil. Objektif, netral dan kemandirian sikap adalah kompromi terbaik yang bisa ditempuh.

Pikirkanlah secara jernih dan masak-masak segala pilihan yang akan diambil, dengan mempertimbangkan banyak aspek, jangan lupa mohonlah petunjuk kepada NYA. Jika pilihan sudah dijatuhkan, yakinlah dalam pilihan itu,dan jangan pernah bergeming walau evaluasi tetap perlu. Jika sudah demikian kesalahan tetap bernilai 1, sedang pilihan benar bernilai 2. Berbuat baiklah pada semua orang, walau berbeda pandangan dan pendapat. Kebaikan perbuatan dan akhlak lebih bernilai daripada kebenaran dan kebaikan pendapatmu sendiri.

Galilah lebih dalam setiap proses memperoleh ilmu dan pengetahuan.Tidak pernah ada jalan pintas untuk memperoleh kedalaman ilmu dan pengetahuan. Bekerja dan berjuanglah dengan giat , karena tidak pernah pula ada jalan pintas untuk mencapai kemakmuran, apalagi jalan pintas menuju surga. Meski surga itu seluas langit dan bumi bukan berarti jalan masuk kesana mudah. Tekun ibadah dan berbudi mulia adalah jalan untuk memperoleh itu.

Nasehat di atas adalah untuk kebaikan diri saya sendiri, tapi saya ingin sharing dengan teman-teman semua. Karena bagi saya, sebuah nasehat (nasehat yang baik, red) berarti satu kebaikan akan kita dapatkan. Mengapa?? Sebab bila kita menjalankan nasehat tersebut, Insya Allah kita akan berubah menjadi lebih baik dari diri kita yang sebelumnya, Amin.


Baca Selengkapnya...

19 Mei 2009

Kenanglah...

Tali silaturahmi ataupun persahabatan yang telah kita bina janganlah sampai terputus, baik itu hanya karena perselisihan yang kecil ataupun karena terpisah jarak dan waktu. Karena pada dasarnya dibalik semua kenangan yang pernah kita lalui bersama mereka, tersimpan begitu banyak pelajaran penting nan berharga bagi kita untuk melalui kehidupan di dunia yang fana ini.

Banyak orang telah keluar masuk dalam kehidupan kita. Ada yang melintas sejenak, namun begitu membekas. Ada yang lama beiringan dalam suka dan duka, tetapi tak disadari arti kehadirannya. Ada pula yang begitu jauh di mata, tapi senantiasa melekat di hati. Tak jarang ada juga yang sekedar numpang lewat seolah tak pernah hadir. Semuanya itu pernah singgah dalam hidup kita bagaikan benang- benang warna warni sulaman permadani hidup kita.

Maka luangkanlah waktu sejenak untuk mengenang mereka yang pernah hadir dalam hidup kita. Kenanglah seluruh kebaikan mereka. Anggaplah kejelekan yang ada pada diri mereka hanyalah sebuah kesalahan yang sangat sangat kecil diantara segunung kebaikan yang pernah ada. Mereka mungkin adalah orangtua yang dulu sering memarahi kita. Guru yang galak, sanak saudara, teman ataupun sahabat. Tak ada salahnya juga mengenang mereka yang pernah menyakiti dan melukai perasaan kita. Semua tetap layak kita kenang dalam memori kita. Bahkan tak jarang ada seseorang yang hanya kita kenal namanya, tetapi telah menghantarkan banyak kebaikan tanpa prasangka. Mereka adalah orang-orang yang telah turut menyumbang menyulam permadani, memberi rona lukisan permadani hidup kita.


Kenang-kenanglah selalu mereka dalam derasnya doa kita senantiasa.
Kenanglah selalu mereka dalam kebaikannya saja, lupakanlah segalanya yang pernah membuat hati kita terluka.

"Jika kamu menyatakan suatu kebaikan atau menyembunyikannya atau memaafkan suatu kejahatan [kesalahan seseorang],... maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. [ An Nisaa' ; 4:149 ]

Adaptasi : Resonansi

Untukmu para sahabatku yang telah membaca tulisan ini, Insya Allah aku akan selalu mengenangmu. Salam persahabatan....
Baca Selengkapnya...

17 Mei 2009

Wajah Baru Semangat Baru

Tidak kalah dengan kampanye Capres dan Cawapres yang lagi marah di berbagai media masa, saya juga mau kampanye alias promosi nih. Efektif tadi malam, blog saya berganti wajah alias face off (tapi bukan melakukan Face Off layaknya Siti Nur Jazilla di Surabaya lho ya, kalau yang itu mah.. ngeri ya. Karena harus dilakukan berulang-ulang dan harus selalu dalam pengawasan dokter). Pergantian wajah blog ini hanya karena saya ingin adanya perubahan dalam blog saya, yaitu perubahan menjadi lebih baik tentunya, baik isi maupun tampilannya. Dimana yang sebelumnya hanya 2 (dua) kolom, sekarang menjadi 3 (tiga) kolom, dan yang sebelumnya full accessories, kali ini akan lebih saya kurangi lagi accessories nya (ya.. walaupun mungkin masih belum optimal, maklum yang punya blog masih suka dengan pernak-pernik ini dan itu sih...MyEm0.Com)


"Wajah Baru" ini adalah hasil karya dari mba Astra. Yang telah bersusah payah mengakomidir semua permintaanku, melayani kebawelanku, dan juga kemalasanku untuk segera memposting Lay Out spesial ini. Terima kasih banyak buat mba Astra, you are the best deh pokoknya.

Buat teman-teman semua, semoga tampilan baru ini membuat teman-teman lebih betah dan rajin berkunjung ke my lovely blog ini. Dan do'akan agar saya lebih semangat dalam ngeblog, tentunya dengan isi postingan yang lebih oke dari sebelumnya, Amin.

Sudah kehabisan kata-kata ini, selamat menikmati wajah baru blog saya, ditunggu kunjungan selanjutnya ya... TETAP SEMANGAT DALAM BERKARYA... MyEm0.Com




Baca Selengkapnya...