Pagi ini, cuaca cerah sekali. Sejak bangun tidur tadi pagi, yang diiringi suara kokok ayam jantan, kicau burung, alunan suara adzan dari masjid dekat rumah dan juga siaran berita di TV (seputar Manohara, penyiksaan TKI, kampanye Capres dan Cawapres, dan berita-berita lainnya yang terkadang bosan juga dengerinnya) plus sinar mentari yang menyinari alam raya dan menebarkan sinar kehangatanya, lengkap sudah rasa damai dan bahagia dalam jiwa ini. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah kau masih memberikan padaku nikmat kehidupan sampai dengan detik ini, sehingga aku masih bisa mensyukuri apa yang telah Engkau berikan padaku. Walaupun seminggu terakhir ini begitu banyak kegiatan dan pekerjaan yang cukup menyita waktuku dan melelahkanku (maaf teman-teman klo beberapa hari terakhir ini diriku jadi jarang On Line dan blog walking ke tempat teman-teman semua), tapi aku tetap mensyukuri dan menikmatinya sebagai bagian dari rasa syukurku kepada MU. Untuk apa mengeluh, karena mengeluh juga tidak akan membuat segala sesuatunya berjalan dengan lebih baik.
Hari ini saya mendapatkan ”hadiah spesial” dari teman yang mengingatkanku bagaimana menyikapi ritme kehidupan. Yaitu sebuah email yang isinya ”sangat dalam artinya” bagiku. Sebuah email yang menceritakan kisah kehidupan sebuah keluarga sederhana yang selalu dikelilingi do’a dalam kehidupannya dan bagaimana mereka memaknai hidup ini.
”Hidup ini terasa lebih indah jika kita bisa saling mengingatkan serta saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Lebih indah lagi, jika kita bisa melengkapinya dengan saling mendo’akan.”
Keindahan hidup seperti itulah yang masih bisa kita rasakan selagi kita masih memiliki sahabat maupun saudara. Sahabat dan saudara yang tak segan-segan berdo’a di hadapan kita atau mengirimkan do’anya tanpa sepengetahuan kita, hanya karena mereka ”menyayangi” kita.
Love U All sahabatku....
Inilah kisahnya...
===========================
Harus saya syukuri, betapa diri ini menyadari bahwa dalam perjalanan panjang hidup ini, teramat banyak orang-orang yang tulus berdoa untuk kebaikan, keselamatan, juga keberkahan saya dan keluarga. Misalnya beberapa tahun lalu ketika kami masih menyewa sebuah rumah petak di Bogor dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, mulai dari ibu, adik, kakak, dan sahabat yang pernah singgah berucap kalimat yang sama, “semoga cepat punya rumah yang layak ya…”
Ketika itu, saya tidak pernah malu untuk mengajak dan menawarkan siapapun untuk singgah ke rumah ‘kontrakan’ saya. Hanya karena rumah kami kurang layak, bukan berarti menghalangi niat baik untuk menyambung silaturahmi. Meski saya tidak meminta, mereka tetap mendoakan untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya. Dan mungkin atas doa mereka jugalah, kini saya dan keluarga sudah bisa menikmati tinggal di rumah sendiri.
Cerita lain ketika saya sering mengajak isteri dan anak-anak jalan-jalan. Suatu hari kami bertemu dengan seorang sahabat di sebuah angkutan umum dan dia bertanya, “ biasanya pakai motor, motornya kemana?”. Obrolan pun berlanjut ke hal lain, karena ia sudah mendapatkan jawaban dari saya soal motor tersebut. Menjelang berpisah, tak lupa ia menitipkan satu kalimat yang saya anggap itu sebagai doa, “mudah-mudahan cepat ada gantinya ya”.
Segera saya mengamini kalimat sahabat saya itu. Puji syukur kepada Nya bahwa kemudian saya diberikan kesempatan untuk memiliki sepeda motor, walau harus mencicilnya terlebih dahulu selama tiga tahun. Setidaknya saya semakin sadar, bahwa saya harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan NYA. Boleh jadi juga, doa sahabat-sahabat lah yang Allah kabulkan sehingga saya kembali mengantar anak-anak ke sekolah atau mengunjungi orang tua dengan bersepeda motor.
Nah, giliran sudah punya motor, sudah punya rumah, alhamdulillah tetap saja ada yang masih mendoakan kami. Tentu saja dengan cara-cara yang berbeda. Misalnya saja, seorang sahabat yang singgah di rumah saya di Sawangan belum lama ini, berkomentar “Kapan dikasih pagar nih rumahnya?” atau ketika puteri ketiga saya lahir, “Wah, puterinya sudah bertambah, berarti mesti bikin kamar lagi nih di lantai atas…”
Saya selalu menilai positif kalimat-kalimat penuh makna persahabatan itu dan menganggapnya sebagai doa. Begitu juga ketika para tetangga melihat motor kesayangan kami ditumpangi lima orang yaitu saya, isteri, dan tiga puteri saya, mereka berujar, “Sudah harus ganti roda empat tuh…”
Di jalan raya pun demikian. Setiap kami menunggangi motor berlima dan berhenti di lampu lalu lintas, entah itu perjalanan ke Bogor maupun ke Tangerang selalu ada orang yang menyapa, “Masya Allah pak… hati-hati ya bawa motornya. Mudah-mudahan cepat punya mobil ya…”, ini masih lebih enak terdengar. Ada juga yang begini, “Ya Allah, kurang banyak pak bawaannya…”
Saya sempatkan untuk tersenyum kepada mereka, dan berujar, “amiin, terima kasih doanya ya. Alhamdulillah saya masih punya motor, sementara saya nikmati saja dulu…”. Tak sedikipun saya tersinggung dengan segala ucapan mereka di jalan raya, toh sebaliknya saya pikir itu adalah sebuah do'a dan saya berterima kasih. “tinggal mengamini saja kok repot…”
Sekali lagi, saya benar-benar menyadari dan yakin bahwa satu dari sekian banyak rasa anugerah yang wajib kita syukuri adalah lantaran hidup kita ini dikelilingi oleh do'a. Do'a orang tua, keluarga, para sahabat bahkan orang-orang yang tidak kita kenal secara langsung. Lantas, kenapa masih murung dan berputus asa? (gaw)
=========================
Pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah di atas adalah:
1. Selalu ber- positive thinking kepada NYA, karena DIA lah yang maha tahu atas segala sesuatu yang terjadi pada kita. Entah itu ujian berupa kebahagiaan/kenikmatan, maupun ujian dalam bentuk musibah.
2. Jalani hidup ini dengan ikhlas, jangan mudah berputus asa. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah segala sesuatunya menjadi lebih baik. Karena Tuhan juga tidak akan menguji umat NYA diluar kemampuan umat NYA.
3. Perbanyaklah silaturahmi dan galanglah persaudaraan/persahabatan. Semakin banyak sahabat (teman dalam suka dan duka), maka Insya Allah akan semakin banyak yang “berdo’a” buat kita. Intinya, saling mendo’akan antar teman/keluarga, baik tanpa sepengetahuan ataupun sepengetahuan yang kita do’akan.
Jikalau hidup kita dikelilingi do’a dari orang-orang yang mencintai kita, hmmmmm…. siapa sih yang ngga mau??
4 Tips Mencegah Obesitas pada Anak
6 bulan yang lalu
24 komentar:
Semoga hati ini termasuk yang selalu mendoakan sahabatnya, tanpa di ketahuinya.
"Ya Allah, seseungguhny Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaiannya, Ya Allah, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma'rifah-Mu, dan matikanlah syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya, Engkau sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kami Muhammad, keluarganya dan sahabatnya. dan juga sampaikanlah salam." Amin
Di petik dari do;a Rabithah
Ceritanya hampir mirip dengan saya dan beberapa orang temen saya. Saya alhamdulillah punya rumah setelah 15 tahun menikah (berarti 15 tahun ngontrak: di cawang-Jkt, purwokerto 2 kali pindah, banjarmasin 2 kali pindah, jurangmangu tangerang 2 kali pindah, di jogja 5 tahun nggak pindah cuma 1 rumah)dan anak saya sudah 4 orang dan punya kendaraan roda 4 setelah itu. Pernah sih kontrakan terakhir dikomentari temen istri saya: " yaa memang tidak layak", tapi kami menikmatinya dan rasanya nggak ada masalah. Mungkin orang lain melihatnya kasihan, tapi kami menikmati dengan "happy" saja. Kalau untuk angkutan kami punya 2 motor. Waktu itu agak terbantu karena 2 anak saya sekolah di SMPIT yang ada asramanya. Saya malah tidak segan2 minta didoakan orang tua kita dan orang2 yang saya temui.
Orang lain boleh berpandangan bermacam-macam dengan kondisi kita, tapi pada akhirnya adalah bagaimana hati kita merasakannya.
Saya berpendapat kondisi saya saat ini tidak lepas dari do'a orang tua saya, do'a saudara saya dan do'a orang-orang lain, serta buah dari kebaikan orang tua saya yang ditanam pada orang lain. Yaa Alloh ampunilah dosa saya dan dosa kedua orang tua saya. Amiin
Selalu bersyukur atas apapun yang ada pada kita saat ini, atau klopun kita sdh tak punya apa2 lagi, bersyukurlah karena kita sdh diberi hidup. Tuhan itu begitu baik!
hanya dengan syukur semua bisa selalu dinikmati. Hanya dengan ini jalan menuju semua yang diridhoi..itu
Jeng, ada yang bilang, orang pandai bersyukur, apapun kondisinya akan selalu bersyukur.
orang yang kufur, apapun kondisinya juga akan ngomel melulu.
semoga kita termasuk orang2 yang pertama ya.
biarpun baru kenal, mendo'akan segala kebaikan juga, terutama untuk 3 bidadari cantiknya.
salam
wah sama seperti tempat saya perlu rasa bersyukur.
di http://awalsholeh.blogspot.com/2009/06/artikel-ini-saya-buat-berdasarkan.html
di http://awalsholeh.blogspot.com/2009/05/kekuatan-dari-doa-kesaksian-hidup-kayla.html
maap jadinya kayak promosi neh bunda .he3... narsis dikit
Persahabatan memang indah mbak. Sahabat bisa menerima kita apa adanya, tanpa syarat.
Lebih indah lagi kalau banyak doa yang mengelilingi kita. Jadi mantap rasanya...
Mang bener ya Mba, segimana kecil atau banyak yang Tuhan kasi ke kita harus kita syukuri...
Dia tau yang terbaik buat kita
banyak teman banyak rejeki, banyak teman jadi banyak pengalaman deh :)
Begitulah sahabat yang sesungguhnya, selalu mendoakan kebaikan bagi sahabatnya. Syukron atas postingan ini.
terkadang orang yang kita anggap sahabat terdekat belum tentu begitu kenyataannya, tapi seseorang yang tidak pernah kita anggap justru lebih peduli
Subhanalloh...terkadang kita ga merasa bahwa ucapan ucapan tersebut membuahkan nikmat dan karunia buat kita.
Inspiring story Bun. Yah terkadang kita sering sewot kalau ada teman yang berujar, padahal kalau disikapi dengan positif itu adalah doa ya Mbak.
yah emang hrs gitu, namanya aja sahabat. tp klo shbt nykiti kita, pst skt bgtt...
Ikut nggabung biar sahabatnya tambah banyak...
mampir mengunjungi sahabat sesaat:)
*hugs*
pa kabar bunda?
sahabat memang segalanya. btw, enak ya mbak masih muda anaknya sudah gede. kelas 4 bentar lagi remaja deh.
semoga tali silaturahmi tetap terjaga ya mbak
mba penny....apa kabar ??? ai miss yuh mba... betewe, aku mau juga donk dinasehati, diingatkan, dan dido'akan hihihihi....
tidak mudah memang bersyukur, terucap memang mudah taoi bersyukur dengan nurani yang dibutuhkan.
Salam super . ditunggu berbagi ilmunya
belum kepikir begitu jauh, makasih nih, bisa ditiru...
bagus ceritanya bu
makasih dah mengingatkan
Kalau saja kita pandai bersyukur ya, memang hidup ini akan terasa damai. Slaing mengingatkan dan mendoakan juga akan membuat hati kita senang, tenang dan tentram.
Posting Komentar