Hati adalah cermin, cermin bagi diri kita. Ketika satu kesalahan kita biarkan, kemudian dosa dan kesalahan kedua kita lupakan dengan alasan "nanti aja lah minta maafnya, nanti aja lah tobatnya", kemudian satu titik itu menjadi menggumpal, berkarat dan menghitam. Jangankan untuk bercermin, mungkin untuk membedakan mana diri kita yang sebenarnya dan mana yang kotoran saja sudah tidak bisa lagi. Artinya jiwa kita sudah tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah dan pada saat itulah segala nasehat mungkin sudah tak lagi masuk ke hati kita, karena hati kita sudah kotor, tertutup oleh dosa dosa yang berbuah kesombongan untuk mendengar nasehat.
Sementara hati yang jernih akan jelas terlihat dari pembawaan raga kita, karena hati adalah cerminan jiwa yang terlihat kasat mata secara raga. Sehingga semua orang yang berada disekitar kita akan dapat bercermin juga karena beningnya hati kita ketika menolong dan bergaul dengan sesama makhluk ciptaan Nya.
Ketika hati kita keruh yang terlihat pasti adalah wajah yang kusam karena tidak bisa senyum tertindih oleh gundah gulana yang menjadi akibat dari penyakit hati itu sendiri, yang terlihat kemudian adalah salah arah, salah mengambil keputusan karena hati tidak tenang ketika melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan atau tindakan. Bahkan yang timbul mungkin hanya luapan emosi dan kemarahan.
Untuk lebih memahaminya, bisa di lihat dari percakapan antara seorang guru dan murid di bawah ini:
Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab,
"Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"
Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu merekaterpaksa berteriak lebih keras lagi."
Sang guru masih melanjutkan, "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanyabisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambilmemperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban. "Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."
Sang guru masih melanjutkan, "Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Anda."
Nah, sekarang saya kembalikan kepada diri teman masing-masing, apakah hati kita sudah bersih dari segala rasa iri, dengki, dendam, amarah dll?? Ataukah hati kita masih kotor? Karena semakin kotor hati kita, maka "jarak" kita akan semakin jauh dengan sahabat, kerabat dan handai taulan kita.
Semoga bermanfaat.
4 Tips Mencegah Obesitas pada Anak
6 bulan yang lalu
24 komentar:
makasih dah berbagi bunda.;)
pa kabar? jarang berkunjung sibuk yah?
kunjugan siang sehabis kuliah,
wah bahaya diyogya sekarang temen aku hampir kerampokan motor dijalan td malem jam 2an. hati2 bila naik motor sendirian.
@Awal Sholeh: bukannya sok sibuk, ngga ada koneksi inet nih di rumah yg baru. lagi coba apply di Telkom, mudah-mudahan cepet connect ya...
duh.. makin ngeri aja ya.. sekarang. Orang mau melakukan apa aja, demi uang. Nyawa orang sudah tidak dihargai lagi...
moga kita terhindar dari kejadian spt itu ya.. Amin
Tips yg bagus banget walaupun sungguh sulit melakukannya. Tapi benar, yg penting saat ada pertengkaran, diam adalah yg terbaik. Diam tak berarti harus kalah, karena seringkali pertengkaran itu terjadi meski tak ada seorangpun yg salah/benar.
Alhamdulillah,insyaAllah sangat bermanfaat Bunda..
Lama tidak berkunjung nih, apa kabar Bunda? Semoga sehat dan tetap bersemangat..
Makasih sharingnya bunda... setuju sekali dengan nasihat sang guru tsb
subhanalloh....moga hati2 kita lebih besi ya
Halo jeng Penny apa kabar ?, lama gak nongol neh. Serasa berjarak ya, pdhl memang iya saya di sini, jeng Penny di Kaltim. Hati menciptakan jarak, ah jangan ya. Nice posting mbak.
Demi menyerap ilmunya, saya rela membaca sampai selesai...
Thanks for sharing :D Renungan yang baik sekali.
wah iya betul juga ya mbak.. :)
Thanks banget sharingnya Bund...
renungan yg mencerahkan sekali.
thanks loh mbak buat postingan nya
terima kasih atas pencerahannya mbak..
Postingannya bermanfaat sekali mbak... Makasih udah berbagi.
Hmm... aku tak mau hatiku menciptakan jarak itu.
Emang sih, membuat hati selalu bersih tidak mudah, tapi bukan berarti tak bisa bukan ?
hatiku dan hatimu terpisah jarak dan waktu, tapi do'aku selalu bisa menautkan hati yang terpisahkan itu...:)
Apa khabar Bunda, baru pindah kah???
jujur saja kalo aku sampai kehilangan orang yang paling aku sayangi mending aku bunuh diri saja (itu pikiran aku waktu belum membaca postingan neng) tapi setelah aku baca semua penjelasan itu aku jadi mengerti apa yang harus aku lakukan agar aku tidak menciptakan jarak..aku ingin selalu didekatnya meski dia jauh disana
mampir lagi nih.
hati yang berrsih itu bisa diusahakan namun pikiran yang kotor susah dibendungnya, yang berakibat pada hati yang menentukkan sikap menjadi goyah...hmmmm
Benarlah cerminan hati ada di wajah dan tingkah laku. Nice posting. Jualan sprei, bedcover, bantal selimut, yuk. Ada di blog saya. Salam silaturahmi.
Tulisan ini sebagai bahan intropeksi hari ini, sangat bermanfaat untuk ke depan juga
tks
harusnya sich tidak
tapi kalau keadaan yang bikin gitu
kita mau bgmn lagi??
nengokin mbak penny , dah lama gak berkunjung hehehe lom ngebaca langsung komeng;p
Posting Komentar