26 Mei 2009

Susu Sapi Bukan Untuk Manusia

Cerita ini berawal ketika Om saya mengantar anak tunggalnya (yang waktu itu masih SD) ke salah satu dokter spesialis anak di Jakarta. Melihat sosok lelaki tua (sang dokter), dengan kulit yang masih "mulus" untuk ukuran umur sebayanya, om saya pun mulai iseng menanyakan resep kemulusan kulitnya. Akhirnya dijelaskanlah panjang lebar pertanyaan om saya tersebut, dan Beliau tidak memperdulikan pasien berderet diluar yang masih dengan sabar ngantri. Resepnya adalah Beliau tidak minum susu dan Beliau tidak makan daging hewan.

Kemudian beliau menjelaskan lagi bahwa struktur tubuh manusia mulai dari gigi sampai dengan pencernaan itu mendekati sama dengan binatang seperti kuda, sapi, kambing dan lain-lain yang pemakan rumput, daun serta biji-bijian (herbivora). Sehingga manusia yang berumur diatas dua tahun hendaknya sudah tidak memerlukan susu lagi. Adapun masalah daging, hewan-hewan pemakan daging (carnivora) jika tidak makan daging tentu badannya akan lemas, tetapi tidak halnya dengan manusia. Manusia jika makan daging justru akan membebani pencernaannya. Beliau menganjurkan agar makan makanan dari tumbuh-tumbuhan seperti biji-bijian dan daun-daunan atau bisa juga makan ikan (ikan air laut ataupun air tawar). Jika diperlukan daging, ambil kaldunya saja atau dikunyah dan ampasnya dibuang, tidak ditelan. Jangan khawatir dengan tidak mengkomsumsi daging dan susu. Lihatlah kuda, tidak makan daging dan tidak minum susu tetapi tenaganya hebat, sampai dibuat satuan tenaga yaitu Horse Power (HP).

Jadi menurut beliau yang harus dilakukan adalah:

  • anak diatas dua tahun tidak perlu susu = batas menyusui dengan ASI kan hanya 2 tahun
  • porsi makan berimbang sesuai kebutuhan = berhenti makan sebelum kenyang
  • pencernaan perlu istirahat, secara rutin adalah jarak makan pagi, siang, malam dan secara berkala dalam periode tertentu = puasa
Uraian tersebut diatas adalah rahasia kebugaran dan kemulusan kulit sang dokter.
Pendapat sang dokter itu ternyata sedikit bertentangan dengan realita yang ada saat ini. Dimana masih kita jumpai sampai usia lanjut pun orang masih mengkonsumsi susu. Padahal kita juga pasti sadar dan paham bahwa TIDAK ADA makhluk hidup di dunia ini yang ketika sudah usia dewasa masih minum susu, kecuali manusia bukan??. Apakah manusia menyalahi perilaku alami yang seperti itu?

Menurut Prof. Dr. Hiromi (penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme) "Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,". Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya. Hmmmm bener juga ya???

Mengapa susu sapi paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu sapi itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Prof. Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu. Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/ minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar. Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan. Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot. Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk". Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian. Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim. Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering. Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

Nah..... bagaimana sekarang?? Semua terserah Anda, para pembaca. Ada komentar?? Silahkan. Mari kita diskusikan bersama-sama.

29 komentar:

umi rina mengatakan...

Bagus sekali informasinya Bunda*two thumbs up*
Betul sekali bahwa pola makan dan pola hidup haruslah dijaga, sebagai salah satu wujud kita mensyukuri nikmatNya.

Untuk susu, saya memilih susu kedelai untuk saya dan keluarga. Oiya, di Jepang sendiri, anak2 sejak usia 1 thn ke atas lebih dikenalkan kepada 'ocha' atau teh hijau Jepang, yang menurut penelitian dipercaya banyak manfaatnya, mulai dari perawatan gigi, sistem pencernaan dan pembuangan, mencegah radang tenggorokan, dsb.

Makasih banyak ya atas infonya Bunda :)

ellysuryani mengatakan...

Wah baru tahu dari artikel mbak Penny ini kalau susu adalah makanan buruk utk manusia. Judulnya menggelitik mbak, makanya sy mampir neh. Sebagai hasil penelitian, tentu saja prof. Hiromi ya, boleh mempublikasikan hasil penelitiannya. Tentu ini bukan pernyataan asal2an. Cuma mungkin perlu ditindai lg (didindaklanjuti kebenarannya) oleh penelitian lain. Hanya karena susu (namanya jg benda cair) tidak dikunyah sebanyak 30 kali maka susu digolongkan makanan buruk. Lalu kenapa susu bukan untuk makanan manusia ? Bukankah segala yang tersaji di bumi ini (lwt tanaman dan hewan) adalah anugrah Tuhan yang boleh untuk itulah ia diciptakan agar menjadi sumber kehidupan manusia (kecuali beberapa yang dilarang). Saya setuju anak kecil sampai usia 2 tahun sebaiknya diberi Asi bukan susu sapi. Tapi rasanya setelah itu manusia masih perlu susu, spt halnya Rasulullah sj minum susu. Kita bisa minum susu sapi, atau susu kedelai,atau susu kerbau, dsb. Saya sendiri jarang minum susu, takut gemuk, sesekali minum susu rendah lemak dan kaya kalsium, hehe. Sekedar komeng ya mbak. Nice posting.

ellysuryani mengatakan...

Maksud saya tadi adalah kenapa susu sapi bukan makanan untuk manusia...?

J O N K mengatakan...

wah bagus sekali mba,

saya pingin jadi vegatarian, tapi masih selalu tergoda nih hehehehe, nanti saya coba mengekang diri deh

penny mengatakan...

@Newsoul: judulnya terlalu extreme ya, mba?? maaf ya....
saya sendiri baru tahu juga tentang hal ini, makanya saya berusaha sharing dengan teman2 dan mari kita diskusikan bersama tentang artikel ini.
Bagi saya pribadi, masalah susu sapi ini jg sedikit dilema. Karena keluarga saya masih mengkonsumsinya, terutama anak2 saya.
Memang segala sesuatu yg ada di bumi ini diciptakan oleh Nya untuk dimanfaatkan oleh Makhluk Nya.Tapi kita sebagai makhluk yg mulia, yg dikaruniai akal pikiran juga hendaknya bisa berpikir, mana yang baik bagi kita dan mana yg buruk bagi kita, termasuk mungkin mana yang halal, dan mana yang haram. Jadi tidak semua yg tersaji bagus dan baik untuk kita konsumsi.
Untuk Rasulullah, setahu saya beliau minum susu kambing bukan susu sapi. Beliau minum susu kambing segar yg belum diolah (langsung setelah diperas). Dan memang menurut Norman W. Walker, susu yang paling cocok untuk dikonsumsi manusia (selain bayi yang belum lepas dari air susu ibu) adalah susu kambing segar. Keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat minum susu sapi tidak pernah ditemui beritanya pada orang-orang yang mengkonsumsi susu kambing. Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi konsumen yang mempunyai alergi terhadap susu sapi. Boleh jadi itulah hikmahnya mengapa dalam riwayat-riwayat shahih tentang kehidupan Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya kita temui kisah mereka minum susu kambing, dan bukan susu sapi!

ellysuryani mengatakan...

Siip. Mudah2n sdh pula diteliti bahwa susu kambing itu bagus utk manusia drpd susu sapi. Ya Rasulullah minum susu kambing, sy td maksudkan susu sj, tanpa ada penjelasan apakah itu susu sapi atau bukan. Itu sy kemukakan utk mengcounter hasil penelitian Prof.Hiromi di artikel mbak Penny td yang menyebut "susu adalah makanan buruk/jelek untuk manusia", pertama saya baca tadi begitu bunyinya. Yang disebut makanan buruk untuk manusia susu tok (bukan susu sapi.) Kalau saya tentu menghargai hasil penelitian prof.Hiromi ini, kita tunggu saja hasil penelitian lain.

reni mengatakan...

Padahal... aku suka juga lho susu sapi hehehe...
Makasih ya mbak, udah berbagi info yang bermanfaat.

Dunia Polar mengatakan...

wah baru tau aku, aku pengen bgt jd vegetarian, tp klo liat sate, sll ngiler,he..
btw mbak blognya aku follow yah, n klo ndak keberatan follow balik yahh.tengkiu

Gadget and Technology mengatakan...

"orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah" selain makan makanan yang enak-enak juga mesti mementingkan gizi. makan enak belom tentu bergizi bukan?

ernut mengatakan...

a baru saja minum susu onta, bagaimana nasib saya selanjutnya ya?
salam kenal, mbak!

buwel mengatakan...

subhanalloh, tuhan selalu menciptakan makhluk tak pernah sia sia ya...

annin mengatakan...

bunda semakin kita sering membaca dan mencari...semakin luas pengetahuan yg kita dapat,tapi dgn membaca seperti ini apakah kita gak malah khawatir memberikan anak2 kita susu ,,??trus menurut bunda sendiri bagaimana ?

3matra mengatakan...

wedew, ga rugi saya mampir kesini. ada informasi penting buat kita semua. namun ada sedikit minusnya nih, usul ya: ukuran hurufnya mbok yao dibesatin dikit biar yang baca berasa nyaman....*wah, kok malah protes*

RanggaGoBloG mengatakan...

ehm... omnya peduli ama kesehatan kulit apa ama kesehatan anaknya bun... :D

JO mengatakan...

jadi minum susu kedelai ajah ya jeng?

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Untung aku cuman minum susu kaleng,.......

Nice info Bunda...
Salam..........

Anonim mengatakan...

wah mbak....pas lagi baca artikelmu ini aku lagi sarapan pagi di opis, makan roti plus minum susu denkoww...hihihi...jadi ngerasa :)
Bingung juga sih...trus minum apa susu apa donk mbaaa...hhhhh...

Milla Widia N mengatakan...

kalo susu milo gimana? hihii tetep aja dari sapi juga ya? wkwkwkwkwkw...

mmmm,...makan buah dan sayur aja deh

Ajeng mengatakan...

Setuju 100% mbak.Karena kebanyakan kita tersesat dg iming2 dari para produsen susu dg iklannya yg 'menggiurkan.
Terima kasih Bunda untuk info dan referensinya, very ussefull.. Terus berbagi ya?

Unknown mengatakan...

Saya bukan ahli kesehatan, menurut saya makan daging nggak maslah, bukankah Alloh swt telah menganugerahkan isi alam ini (lautan, binatang) untuk manusia. Yang penting keseimbangan dalam pola makan. Kita kadang juga melupakan ajaran Islam. Rosul telah mengajarkan kalau minum dan makan dalam posisi duduk (saya pernah membaca hasil penelitian ternyata ada efeknya) termasuk juga dalam hal mengunyah makanan. Kayaknya kita juga perlu belajar lagi tentang ajaran Islam khususnya masalah makanan.

Dinoe mengatakan...

Baru tau saya nih...mantap infonya..thanks ya...

Penny mengatakan...

@Gadget: yup... bener banget itu, hrs bergizi tentunya. Jgn yg junk food.
@ernut: salam kenal juga... susu Onta insya Allah baik aja,apalagi klo masih belum diolah (segar).
@annin: untuk saya pribadi, saya sudah memberikan komentar untuk pertanyaan mba Elly (Newsoul). Bagi saya, ini masih sebuah dilema. Kebetulan anak2 sebenarnya didiagnosa oleh dokter termasuk alergi susu sapi, tapi beralih ke susu nabati kok repot banget ya...?? hiks..hiks..

Penny mengatakan...

@3matra: thanks for visitting. Aduh maaf ya... default dari template nya dah segedhe ini. Tempo hari mau coba ganti tapi gagal mulu. Makasih atas komplaint nya, akan coba diperbesar size hurufnya.
@Rangga: nah itu...dia... mungkin dua-duanya kali ya?? hihhii
@jeng Sri: kayaknya sih gitu jeng.. susu nabati. Tapi repot jg klo anak2 belum terbiasa.
@rheeaz: alternatifnya adalah susu nabati (susu kedelai). Pendapat saya pribadi, mungkin minum susu sapi asal tidak berlebiha, Insya Allah masih bagus utk kesehatan, terutama pencernaan kita.
@Big Sugeng: bener boss, intinya segala sesuatu tidak boleh berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang, pencernaan harus istirahat (puasa), dlll... Makasih atas masukannya....

bodrox mengatakan...

perasaan pernah baca, dimana gitu yah... :)

aura mengatakan...

Tahniah Bunda Medani, satu artikel yang menarik dan tahniah. Kerana menulis berhubung kesihatan..untuk maklumat lanjut tentang artikel yang hampir sama lawati blog saya: http://www.razalimohdamin.com/ pada pendapat saya susu lembu sesuai hanya untuk lembu sahaja bukannya untuk manusia...krn bimbang manusia " mewarisi " perangai haiwan...tak percaya percayalah...

Ani mengatakan...

Waduh djeng..aku tadi juga posting tentang ini di blogku, tapi tadi belum mampir sini sih, jadi nggak tau kalau postingannya sama. Nggak papa ya ?

Unknown mengatakan...

Hanya sedikit miris pada saat ada tulisan mana ada "sapi minum susu manusia" itu terjadi karena memang struktur evolusi otak sapi tidak mencukupi untuk melakukan hal seperti itu. Perbedaan kuda dan harimau pada saat berlari, kalau menurut saya memang perbedaan struktur jantung dan otot mereka dasarnya juga sudah berbeda.
Simplenya, manusia membutuhkan 2 dasar nutrisi yaitu makro dan Mikro, apabila dari utaraan pendapat diatas, hanya nutrisi makronya saja yang dikedepankan. Salam.

Obat Diabetes mengatakan...

banyak yg saya pelajari disini,makasih

Johari Hashim mengatakan...

Best...Bagus sekali, syukurlah,susu unta memang hebat,kalau tak silap saya ada sebuah buku mengenai perubatan cara Rasulullah,disitu ada cara mengubati penyakit kanser hati dengan meminum susu unta dan kalau sudah kritikal diberi minum susu unta dan air kencing anak unta,maafkan saya ini tidak cukup lengkap,insyaALLAH nanti saya lihat bukunya dulu dan boleh bersambung cerita.