24 April 2009

Sombong..

Hari gini masih suka sombong??? Tapi itulah kita, manusia. Tidak bisa dipungkiri rasa merasa lebih dibanding yang lain baik dalam urusan pekerjaan/kreatifitas, harta, kedudukan, dll itu sering muncul (masih menyambung ke postingan sebelum nya disini). Entah itu kita sengaja ataupun tidak. Dan seyogyanya kita mampu mengontrol rasa kesombongan yang muncul dalam diri kita tersebut.

Seperti halnya kisah berikut ini yang diambil dari buku "You Are A Leader":

Dua orang lelaki yang datang bertamu ke rumah seorang bijak tertegun keheranan. Mereka melihat si orang bijak sedang bekerja keras. Ia mengangkut air dalam ember kemudian menyikat lantai rumahnya. Keringatnya deras bercucuran. Menyaksikan keganjilan ini salah seorang lelaki ini bertanya, ''Apakah yang sedang engkau lakukan hai orang bijak?''

Orang bijak menjawab, ''Tadi aku kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat kepadaku. Aku memberikan banyak nasihat yang sangat bermanfaat bagi mereka. Merekapun tampak puas dan bahagia mendengar semua perkataanku. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba aku merasa menjadi orang yang hebat. Kesombonganku mulai bermunculan. Karena itu, aku melakukan pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombongku itu.''

Sahabat, sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya sering muncul tanpa kita sadari.

Di tingkat terbawah, sombong sering disebabkan karena faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih cantik, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong sering disebabkan faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, lebih bijaksana dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong sering disebabkan faktor kebaikan. Kita seringkali menganggap diri kita lebih berakhlak, lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan ini, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi akan sangat mudah terlihat tetapi sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih yang halus di dalam hati kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Pada tataran yang wajar, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Namun, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Bahkan, seringkali batas antara bangga dan sombong tak terlalu jelas.

Diri kita sebenarnya terdiri atas dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan diri sejati di lain kutub. Pada saat dilahirkan ke dunia, kita sepenuhnya berada dalam kutub diri sejati, kita lahir dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Kita sama sekali bebas dari materi apapun. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, kita mulai memiliki berbagai kebutuhan materi. Bahkan, lebih dari sekedar yang kita butuhkan dalam hidup, kelima indra kita selalu mengatakan bahwa kita membutuhkan yang lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup seringkali mengantarkan kita menuju kutub ego. Perjalanan inilah yang memperkenalkan kita kepada kesombongan, kerakusan, serta iri dan dengki. Ketiga sifat ini adalah akar segala permasalahan yang terjadi dalam sejarah umat manusia.

Perjuangan melawan kesombongan sebenarnya adalah perjuangan menarik diri kita ke kutub diri sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya ada dua perubahan paradigma yang perlu Anda lakukan.

Pertama, Anda perlu menyadari bahwa hakikat manusia adalah diri sejati, kita bukanlah makhluk fisik tetapi makhluk spiritual. Diri sejati kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah syarat kita untuk hidup di dunia. Kita lahir tanpa membawa apa-apa, dan kita mati pun tanpa membawa apa-apa. Pandangan seperti ini akan membuat Anda melihat siapapun sebagai manusia yang sama. Anda tidak akan lagi tertipu oleh penampilan, kecantikan, dan segala ''tampak luar'' yang lain. Yang kini Anda lihat adalah ''tampak dalam.'' Pandangan seperti ini sudah pasti akan menjauhkan Anda dari berbagai kesombongan.

Kedua, Anda perlu menyadari bahwa apapun perbuatan baik yang Anda lakukan, semuanya itu semata-mata adalah untuk diri Anda sendiri. Anda menolong orang untuk kebaikan Anda sendiri. Anda memberikan sesuatu kepada orang lain adalah untuk Anda sendiri. Dan hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT (ikhlas).

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi: Energi yang Anda berikan kepada dunia tak akan pernah hilang. Energi itu akan kembali kepada Anda dalam bentuk yang lain.

Ingat!! Kebaikan yang Anda lakukan pasti akan kembali kepada Anda dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, perasaan bermakna maupun kepuasan batin yang mendalam.
Jadi, setiap berbuat baik pada orang lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apalagi yang harus kita sombongkan. Yang layak untuk sombong hanyalah Allah SWT (yang maha segalanya).

So.. masih mau sombong????

26 komentar:

mommy adit mengatakan...

Mudah2an kita dijauhkan dari sifat sombong... amien..

deena mengatakan...

bener banget mba....saya setuju bangggeett perbuatan baik yang Anda lakukan, semuanya itu semata-mata adalah untuk diri Anda sendiri. Anda menolong orang untuk kebaikan Anda sendiri. Anda memberikan sesuatu kepada orang lain adalah untuk Anda sendiri. Dan hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT (ikhlas).terimakasih untuk mengingatkan... walo tingkat 1,2,3 tetep aja sombong itu jelek....

Unknown mengatakan...

sombong..hmm..jadi mo koreksi diri nih. sombongkah aku? 'sambil memandang wajah di cermin'

erik244910 mengatakan...

tidak ada yang pantas disombongkan dari diri kita ya mbak... karena sebenarnya tidak memiliki apa apa kok

rosa devga mengatakan...

Sombong?sungguh menakutkan...

mama hilda mengatakan...

setuju mbak...apalah artinya diri kita ini, oran hanya segelintir daging bernyawa yang sangat ringgih..kok mau sombong..
semoga kita dijauhkan dari sifat tersebut

Umi Rina mengatakan...

Gitu aja kok sombong! *gusdur mode on* :)

Ingat pesannya alm. ayah saya Bunda, "manusia lahir dalam kedaan telanjang, dan pada akhirnya akan kembali dalam keadaan telanjang pula", yang maksudnya dalam sekali...

Kakak saya juga pernah berpesan kepada kami sebelum berangkat merantau, "Jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk".

Ya, mudah2an kita semua selalu dihindarkan dari penyakit hati ini...amiin...

Senoaji mengatakan...

ombong itu wajar karena itu termasuk anugrah seperti cinta, kemanusiaan dan embel2 yang disertakan ketika kita menghirup udara bumi ini, cuman sombog sama halnya dengan nasib bisa diatur bisa direncanakan ataupun diubah.

Gadged mengatakan...

blognya sarat motivasi dan pengembangan diri,nah ada satu nih pertanyaan dari saya mbak,setelah baca2 artikel mbak saya jadi bingung ornag tidak perlu rendah hati yang penting adalah bagaimana usaha kita dalam hidup ini dan seharusnya kita itu rendah hati.nah jika tinggi hati berarti sombong lalu jika rendah diri membuat diri kita akan semakin lemah lalu inti dari rendah hati dan tinggi hati itu bagaimana mohon penjelasannya mbak ,kasih tau saya melalui blog saya ya mbak jika sudah membalas comment saya pasti saya akan membuka kembali halaman blog mbak
assalamualaikum wr wb

lintang mengatakan...

memang mbak sombong terkadang tidak kita sadari untuk itu kita harus selalu mawas diri dan selalu ingat bahwa kita bukan siapa-siapa.

nyubi mengatakan...

smoga kita smua terhindar dari salah satu penyakit hati diatas,,,,,

tips mengatakan...

dapatkan tips menjauhi sombong di blog kami

hmwiyono mengatakan...

silahkan beri solusi kepada kami tas masalah yang ada saat ini

marsudiyanto mengatakan...

Semoga saya termasuk yang baik hati dan tidak sombong...

annin mengatakan...

Kalo pendiam dan pemalu ...bisakah disamakan dengan sombong bun?so..kadang2 org pemalu pun sering dikategorikan sombong,padahal itu cm penilaian org,padahal org itu sndr tdk pernah merasakan bgt....

diNa mengatakan...

klo menceritakan kelebihan kita termasuk sombong ga ya mb? krn dalam kondisi tertentu kadang diperlukan ya.. mgkn tergantung how to say-nya ya? bener ga sih? hehehe..

suryaden mengatakan...

kenapa ya kok saya sering melihat orang yang bertuhan sombong dan menganggap orang lain yang tidak bertuhan dengan kesombongan dan menganggapnya bukan manusia, contoh perlakuan pada orang eks partai terlarang... heran saya

rayearth2601 mengatakan...

Sombong terong ?

bingung mau komen apa,

setuju deh pokoknya, wkwkwkwk

ciwir mengatakan...

kesombongan adalah sifat manusiah yang alamiah.
tapi yg penting bgm mengelola kesombongan tsb menjadi sebuah nilai plus-plus

wawan mengatakan...

Dalam salah satu bukunya Husin Albanjari menuliskan bahwa sombong itu kepunyaan Allah, manusia tidak berhak sombong dan barang siapa yang sombong berarti telah menggunakan kepunyaan Allah.

Milla Widia N mengatakan...

mari menjauhkan diri dari sifat sombong..

Keke Naima mengatakan...

mudah2an kita bukan termasuk org yg sombong.. saatnya mengkoreksi diri.. ah..

chikal mengatakan...

lam kenal ya...
klo bohong ada yang dibolehin
ada ga ya sombong yang dibolehin????

reni mengatakan...

Itulah mbak, batas yg tipis antara sombong dan bangga seringkali membuat kita tanpa sadar telah membawa kebanggaan menjadi kesombongan.
Postingan yg sangat bermanfaat mbak.
Makasih dah diingatkan...

sarie mengatakan...

nice posting! minimal buat menyadarkan biar gak sombong, kalo sombong inget2 kalo kita bukan siapa2 dimataNya.

Makasih pagi2 dah disadarkan!

Dlasari Hidayat mengatakan...

Sombong itu menakutkan ya mbak